Lihat ke Halaman Asli

Nurhidayah

Manusia Biasa

Overthinking Kill Your Potential

Diperbarui: 4 Januari 2024   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perputaran waktu sama saja setiap harinya, mengelilingi angka-angka yang berada di dalam ruang kaca, berulang-ulang, menghabiskan daya baterai. Aku sama halnya dengan benda itu, tapi sayangnya perputaran waktu menambah masa hidup bumi tapi aku tidak menambah apapun dalam hidupku. 

"Tuan, apakah aku akan berhasil suatu hari nanti?" ujarku, memangku dagu dengan bosan. Seseorang di sebelahku sibuk dengan bukunya, dibaca sepanjang waktu. 

"Kamu meyakininya seperti apa?" 

Pertanyaan sederhana, aku memahaminya dengan baik, tapi kenapa sulit mengutarakannya, ya? 

"Your mindset, your future. Pola pikirmu, mindsetmu adalah masa depanmu. Kamu percaya pernyataan itu, Non?" tanyanya, suaranya begitu meyakinkan. Itu mengapa ketika aku merasa down, Tuan akan menjadi pelarian ku. Isi kepala orang-orang berilmu adalah jawaban untuk keresahan orang seperti ku. 

"Ya, aku percaya. Pikiran kita berpengaruh besar terhadap masa depan. Pikiran yang membentuk langkah kita, menyambung pilihan-pilihan kita. Aku tahu itu, tapi aku merasa tidak bisa lepas dari pikiran negatif, Tuan." 

"Menurutmu, apa yang menyebabkan datangnya pikiran negatif, Non?" 

Yang menarik dari dirinya, meskipun ia mampu menjawab semua pertanyaanku dengan mudah tapi ia tak pernah menggurui. Lisannya tak pernah membuat seseorang merasa bodoh, justru pertanyaan-pertanyaannya membuatku merasa percaya diri untuk memecahkan masalah. Ah, aku ingin satu orang sepertinya. 

"Dalam kasusku, mungkin karena aku banyak mengonsumsi informasi tidak penting, terlalu memikirkan perkataan orang lain, terlalu banyak berangan-angan, selalu khawatir dengan masa depan. Ya, rasanya aku terlalu suka memikirkan banyak hal." Aku menghela napas keras, mendengarkan penuturan ku rasanya simpel mengatasi masalahku, tapi sampai saat ini aku tak pernah benar-benar lepas dari hal-hal tersebut. Kenapa, ya?

"Tapi, walaupun aku tahu penyebab masalahku, kenapa tetap saja sulit mengatasinya, Tuan? Aku memang tidak bisa diandalkan bahkan untuk diriku sendiri, ya?"

"Kamu bisa diandalkan, Non. Aku mengatakan hal itu bukan hanya sekadar untuk menyemangati mu, tapi coba pikirkan lebih dalam ketika kamu merasa tidak bisa apa-apa, di sisi lain kamu berhasil menyelesaikan tugasmu sebagai manusia." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline