"Saya nggak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain," begitu kata Nuul mengingatkan dirinya sendiri. Meski sadar belum tahu banyak hal seharusnya itu tidak menjadi alasan untuk dirinya takut belajar. Justru karena belum tahu apa-apa, Nuul harus banyak mencari pengalaman.
"Saya berpikir, apakah seharusnya begini, begitu, ketika saya melihat karya orang lain. Hal itu membuat niatku untuk melanjutkan karya jadi surut, karena saya pikir untuk apa melanjutkan sesuatu yang salah. Salah dalam pandangan ku tentunya, itu hanya pendapat ku sendiri, belum ada yang mengomentari tentang benar salahnya karyaku, saya yang sibuk menyimpulkan dan itu membebaniku." Tuturnya, menjelaskan kepada diri sendiri tentang kesadaran akan dirinya yang terlalu mudah tumbang karena prasangka yang berputar-putar di kepala.
"Yang membuatku memutuskan untuk tidak menyerah menulis ya hanya karena uang, alasan paling matre yang pernah ada. Saya pikir semua yang saya lakukan selalu nya didasari tentang uang. Uang memang sehebat itu, kah?" Renungnya, meloloskan semua hal yang ada di dalam benaknya, berharap angin yang menyelinap dari jendela kamar membawa jawaban keresahannya.
"Sampai aku takut tenggelam karena mengejar uang dan uang."
Nuul tahu kehidupan yang ia jalani sedikit melenceng dari seharusnya manusia. Ia lebih banyak menyingkirkan diri dari lingkungan. Nuul lebih suka berinteraksi dengan orang yang tidak mengenalnya dan ia juga tidak mengenalnya. Ia merasa tidak normal.
"Oh Iya, satu lagi, sebenarnya saya selalu takut menulis, selain karena saya merasa tulisan ku kurang bermanfaat, saya juga takut orang-orang membacaku, jangan sampai dari apa yang saya tulis mereka tahu terlalu banyak tentang diriku. Yah, saya tidak terlalu pandai berkhayal, rata-rata tulisanku terinspirasi dari dunia seorang overthinker sepertiku hahha," begitu ia menyelesaikan isi hatinya yang terakhir, Nuul jatuh terlelap.
Nuul mengatasnamakan dirinya sebagai overthinker sejati. Ia juga tidak habis pikir dengan dirinya, dengan pikiran serumit benang kusut Nuul masih bisa mempertahankan kewarasan.
Nuul harap ia bisa hidup senormal yang lain, tapi bagaimana caranya bebas dari penjara gaib ini? Tanya yang selalu ia selidiki jawabannya, tapi sampai sekarang beberapa jawaban tak pernah benar-benar bisa membebaskannya dari diri sendiri.
Satu-satunya jalan untuk senormal biasanya yaitu berbicara sendiri, menuliskan semua resah ke dalam kertas dan ia baca. Nuul akan memahami dirinya dari apa yang ia tulis. Setidaknya ia lebih mudah mengendalikan diri dengan melihat dua sudut pandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H