Lihat ke Halaman Asli

Nurhidayah

Manusia Biasa

Ada Banyak Jenis Kebahagiaan, Kamu Hanya Boleh Memilih Satu!

Diperbarui: 20 Januari 2023   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nane tidak mengerti bagaimana kebahagiaan itu terjadi, yang ia tahu kebahagiaan selalu tidak terduga dan datang dari banyak tempat, orang dan suasana. 

Nane tengah berbincang dengan Fikran, di sebuah kedai es Mataram di bawah payung raksasa warna-warni. Dikerumuni pengunjung lain dengan banyak variasi suara dan topik perbincangan. 

Bolehkah Nane katakan, bahwa salah satu kebahagiaannya ialah ketika menemukan partner berkomunikasi yang baik. Bukan hanya mendengar, dia memahami dan terlibat. 

"Menurutku, para penggosip itu kumpulan orang-orang yang tidak percaya diri dan tidak bersyukur dengan kehidupannya. Makanya aib orang lain menjadi batu loncatan bagi mereka untuk merasa lebih baik, untuk merasa menang," tutur Nane menerawang, mengaduk es Mataram di mangkok.

 "Miris dan menyedihkan," komentar Fikran yang duduk di hadapannya. 

"Tapi aku penasaran, kenapa gosip identik dengan mulut perempuan," lanjutnya, menatap Nane yang sibuk memisahkan kacang goreng dari kuah es.

 "Jangan tersinggung, okey." Ungkap Fikran menunggu respon Nane yang terdiam.

 "Menurutku, perempuan itu dilengkapi dua sifat, mereka bertenaga kuat tapi mereka juga rentan terhadap hal-hal yang menyentuh hatinya. Disitulah uniknya, perempuan jika ia bersungguh-sungguh belajar, fokus terhadap dirinya sendiri, mungkin mereka akan menjadi makhluk paling awesome. Itu kenapa, perempuan semacam itu banyak dimanipulasi oleh omong kosong sebab menimbulkan banyak kecemburuan. Padahal jika kita berlapang dada dengan semua hal-hal seperti itu, entah perkembangan apa yang akan kita lihat." Cetus Nane kemudian. 

"Menurutmu, jika kamu ditakdirkan dengan seorang perempuan luar biasa, Apakah ada kemungkinan kamu cemburu?" lanjut Nane bertanya, melirik Fikran yang sedari tadi menatap Nane. 

"Seharusnya tidak. Jika tidak dipicu, sih, lebih tepatnya. Yah, lelaki identik dengan makhluk yang mendahulukan logika, kan, tapi tetap saja jika ada banyak pemicu bisa saja timbul kecemburuan." Balas Fikran, memutus pandangan dengan Nane, beralih menatap sekitar yang semakin ramai. 

"Ya aku setuju, lingkungan dan orang sekitar berpotensi menjadi pemicu, dan hanya orang hebat yang bisa mengatasi hal tersebut, huft, masyarakat awam benar-benar cobaan, bukan?" Tutur Nane dengan sedikit tawa, menyelesaikan suapan terakhir dan menyiapkan selembar uang sepuluh ribu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline