Lihat ke Halaman Asli

Mom, Daughter and Branded Items!

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 3 bulan yang lalu sempat ramai di media online dan juga di TV, ketika seorang putri penguasa datang ke Lembaga Pemasyarakatan, mengenakanasesoris merk ternama. Ramai sekali dibahas mengenai hal itu. Komentar menjadi usil sekali. Tapi saya tidak ingin membahas patut atau tidak patutnya.Karena sudah sama tahulah hihi.

Saya tertarik memperhatikan seorang ibu ketika berbelanja dengan remaja putrinya. Kadang kala para ibu lupa, excited sekali membicarakan branded items.Saat pertama kali menemani berbelanja, remaja putri kita barangkali tidak acuh. Namun karena berulang kali,akhirnya diperhatikan juga. Lupa kita bercerita pada remaja putri ini, bahwa branded items ini kita beli dengan alasan tertentu.

Lalu apa pengaruhnya ? Saya pernah membaca sebuah teori bahwa sesuatu yang diulang ulang didepan anak anak maka akan terpatri dalam otaknya. Pada satu masa akan tertanam dalam benak remaja putri kita, bahwa menggunakan barang bermerk adalah sesuatu yang membanggakan. Lihatlah betapa ibunya amat bangga menggunakan.

Apakah hal ini salah ? Menurut saya tidak sepenuhnya salah. Bagi keluarga yang memang amat berkecukupan membeli barang bermerk, beberapa bertujuan bukan untuk gengsi atau pamer. Tapi biasanya memang mencari barang berkualitas dan tahan lama.Dan hak saudara kita juga yang amat berkecukupan untuk membelinya.

Akan menjadi masalah apabila amat memaksakan untuk membelinya hanya untuk gengsi dan menaikkan status sosial. Beberapa kali saya mengobrol dengan teman yang amatmenggilai barang bermerk ini. Bahkan dari sejak SMA. Bagaimana caranya ? Pertama meminta pada orang tua, kalau tidak dikasih akan memaksakan pinjam dari teman. Karena big sale sedang berlangsung. Sempat jadi pembicaraan karena pinjam uang tidak dikembalikan. Bagaimana akan mengembalikannya ?, kerja saja belum hanya mengandalkan minta dari orang tua.

Suatu ketika yang bersangkutan mengeluh pada saya, remaja putrinya pun mulai seperti dirinya. Saya tersenyum. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Dia tersenyum getir. Saya bilang masih ada waktu untuk memberi pengertian kepada remaja putrimu. Sebelum amat terlambat. Dulu barangkali ibunya hanya pinjam uang teman dan tidak dikembalikan. Tapi sekarang, banyak remaja putri yang melacurkan diri hanya untuk barang bermerk. Naudzubillah.

Tidak salah bila kita ingin membeli barang bermerk bahkan untuk remaja putri kita tercinta. Tapi beri pengertian sebelumnya.Memberi pengertian pada remaja putri juga mengajarkan kita para ibu untuk menjadi smart shopper. Jangan sampai karena untuk gengsi dan bujuk rayu big sale kita korbankanpengeluaran dapur dan pendidikan anak-anak. Jangan sampai pula karena kita ngotot dengan suami minta dibelikan barang bermerk. Maka para suami mencari penghasilan tambahan dengan cara yang tidak halal. Atau kita terpaksa “menjual” diri hanya untuk mendapatkan barang bermerk. Naudzubillah

Setiapkami ingin membeli barang kami biasa diskusi dulu. Dalam diskusi diperbolehkan curhat mengenai keinginan masing masing. Menurut saya penting curhat ini, akan membuat penghuni rumah merasa plong sehingga tidak kalap saat berbelanja. Tahap selanjutkan kita diskusikan fungsi,kemudian urgensi dan anggaran. Semua dibahas sampai pada titik kesepakatan. Sehingga masing masing juga terakomodir. Mana yang memang perlu segera dieksekusi, mana yang masih bisa ditunda. Sekalipun big sale meraja lela.

Apakah selalu sukses ? Sebagai seorang perempuan dorongan untuk berbelanja itu tinggi.Namun saya selalu sadar, perilaku saya amat diperhatikan oleh putri saya yang beranjak remaja. Apakah saya ingin mengorbankan ego saya atau mengorbankan komitmen bersama ?. Remaja putri kita mencari panutan atau role model dalam perilakunya. Dan siapa yang akan menjadi role model itu ? Kita para ibu.JIka kita bisa menjadi smart shopper maka putri kita juga Insya Allah seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline