AI Antara Harapan dan Kecemasan
Tulisan ini saya buat karena terinspirasi beberapa tulisan Mbak Veronika Gultom di Kompasiana.com beberapa hari lalu. Mencermati dinamika sosial saat ini, membuat saya yang manula dan gaptek ini menjadi gagal fokus. Bagaimana tidak, prediksi masa depan dunia ini tengah viral diperbincangkan. Era AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan telah masuk dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya smartphone dengan segala fitur cerdasnya, tapi di belahan bumi lain, di negara-negara maju robot pun beraksi.
Saya jadi teringat film-film tentang robot dan cyborg. Membayangkan dunia di masa depan akan dipenuhi robot. Mereka (robot) akan memudahkan semua pekerjaan manusia. Bagi generas yang sedang berada di puncak produktif, ini pasti mendatangkan harapan kemudahan akan segala urusan. Mereka segera belajar, mengejar dan beruasaha sebaik-baiknya menguasai ITE. Untuk mempelajarinya pun semakin mudah dengan adanya mesin pencari Google, ChatGPT, dll.
Di sisi lain era AI ini mendatangkan kecemasan. Otomatis lapangan pekerjaan akan berkurang, karena banyak profesi yang dilakukan para robot. Semua disiplin ilmu harus dilengkapi keterampilan IT tercanggih untuk mengaplikasikan spesialisasinya. Demikian pula di mata para orang tua (menengah ke bawah), mereka akan menjadi asing dengan segala istilah dan aktivitas baru. Misalnya, pembelian tiket KA, pesan taksi bahkn beli makanan saja harus online. Semoga Indonesia siap menyongsong era AI dengan segala konsekwensinya. Ini hanya sudut pandang saya pribadi, Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI