Lihat ke Halaman Asli

Bunda Nurhayati

Pengajar, Penulis, Pengarang, Motivator

Mengintip Harmoni Sejarah dan Keindahan Taman Narmada

Diperbarui: 13 September 2024   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Di tengah riuhnya kegiatan Munas dan Temu Ilmiah 2024, saya dan rekan-rekan guru matematika se-Nusantara yang tergabung dalam Perkumpulan Matematika Nusantara (MN), diberi kesempatan untuk meresapi ketenangan di Taman Narmada, Lombok Barat.

Taman ini lebih dari sekadar tempat wisata,  taman Narmada menawarkan percampuran sempurna antara pesona sejarah dan keindahan alam yang sarat makna. Dalam kesempatan ini, saya akan berbagi pengalaman tentang bagaimana Taman Narmada membawa pelajaran berharga, tidak hanya dalam budaya dan spiritualitas, tetapi juga keterkaitan yang erat dengan nilai-nilai matematika yang sering kita ajarkan di kelas.


Sejarah yang Terjalin Harmonis

Taman Narmada dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram, Anak Agung Ngurah Karangasem. Mengikuti konsep simetri, taman ini didesain menyerupai replika mini Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, pusat spiritual umat Hindu.

Dari sudut pandang matematika, replika ini mencerminkan konsep skala, pengurangan dimensi dari objek besar menjadi lebih kecil tanpa kehilangan proporsi. Desain taman dengan aliran air dan kolam simetris menunjukkan penerapan geometri dalam arsitektur kerajaan. Aura magis yang melingkupi taman ini seakan membawa kami menyelami dimensi lain, di mana sejarah dan arsitektur menyatu dalam harmoni matematika yang indah.

Saat menyusuri taman, kami terkesima melihat Bale Terang, sebuah rumah kayu berumur ribuan tahun yang digunakan oleh raja dan keluarganya. Bangunan ini tidak hanya memukau dalam keindahan, tetapi juga mengajarkan pentingnya presisi dan keseimbangan dalam arsitektur. Meskipun tidak diizinkan memasuki kamar permaisuri, tetapi kami diizinkan memasuki Bale Terang, dan mendapatkan beberapa penjelasan berharga. Saya membayangkan bagaimana konsep simetri dan rasio yang diterapkan di masa lalu tetap relevan hingga saat ini.

Sumber: Dokumen Pribadi

Keindahan Alam dan Spiritualitas dalam Simetri

Kolam besar di tengah Taman Narmada bukan hanya sekadar tempat indah untuk berfoto.  Kolam tersebut adalah cerminan dari kesempurnaan simetri alam yang dipadukan dengan nilai spiritual. Air kolam yang bersumber dari mata air Gunung Rinjani dipercaya memiliki kekuatan mistis untuk memberi keabadian. Ini seakan menjadi metafora akan keabadian konsep matematika, di mana ide-ide dasar seperti simetri, rasio, dan proporsi tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Sementara kami menikmati air dari kolam yang konon membawa keajaiban, saya menyadari bahwa aliran air ini adalah gambaran nyata dari konsep bilangan rasional dalam matematika. Dari kolam menuju saluran-saluran air, terjadi distribusi yang seimbang dan konsisten, mirip dengan bagaimana fungsi-fungsi matematika bekerja dengan sempurna. Di samping kolam, berdirilah Pura Kalasa, tempat penting bagi ritual keagamaan. Kehadiran pura ini semakin menambah dimensi spiritualitas dan keseimbangan yang juga dapat ditemukan dalam pola-pola simetris di bangunan pura.

Sumber: Dokumen Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline