Lihat ke Halaman Asli

Menanggapi Demo 4 November dengan Kisah Rasul yang Mulia

Diperbarui: 4 November 2016   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepanjang yang saya tahu, Nabi Muhammad ialah seorang yang lemah lembut, penyabar, dan tentunya pemaaf. Beliau adalah mutiara di antara batu-batu. Itulah yang terpatri sekian lama di dalam hatiku.

Pernah suatu ketika, waktu kecil saat saya sekolah madrasah dinniyah dulu, guruku menjelaskan suatu riwayat bahwa setiap kali Nabi pulang dari masjid, beliau diludahi oleh seorang kafir. Hal ini terus dilakukan oleh orang kafir itu setiap hari secara berulang-ulang.

Suatu hari, Nabi tidak mendapati ludah orang kafir itu seperti biasanya. Kemudian beliau bertanya kepada para sahabat, kemana gerangan orang yang selalu meludahiku itu, salah seorang sahabat mengatakan jika orang kafir yang sering meludahi itu sedang sakit, mendengar cerita dari sahabat beliau tadi, Nabi Muhammad memutuskan langsung menjenguk orang tersebut.

Sesampainya di rumah orang kafir, orang kafir itu pun heran dan terkejut mengapa Nabi Muhammad datang ke rumahnya. Nabi mendekat kepada orang kafir yang sedang terbaring lemah itu dan menanyakan keadaannya. Sontak orang kafir itu menangis, terharu akan kebaikan Muhammad yang mau menjenguknya.

Di lain waktu, guru madrasahku juga menceritakan kisah perjalanan dakwah Nabi Muhammad ke Thaif. Pada saat itu Rasulullah ditolak oleh pemimpin Tsaqiif. Tidak hanya ditolak, beliau juga diusir dari Thaif dan dilempari batu-batu sampai berdarah. Jabroil datang, menawarkan bantuan kepada Rasulullah untuk membinasakan orang-orang tersebut. Gunung-gunung pun siap membantu Rasulullah. Namun, bagaimana jawaban manusia agung ini?

"Ojo Bril, aku rapopo. Sesungguhnya aku berharap kelak diantara keturunan mereka akan menjadi muslim. Lalu beliau bersegera menghadap Tuhan dan berdo’a, "Allahummahdi Qaumi fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui).

Tentu saja kalau diceritakan lewat lisan,  kisah ini sanggup lebih mengiris-iris hati.

Andaikan, kira-kira, kalau  Rasulullah tahu tentang Ahok  --Al-Maidah-- itu, (terlepas benar atau fitnah) apa yang akan diucapkannya?" Aku kira jawabannya tetap sama. “Allahummahdi Qaumi fainnahum laa ya'lamuun”.

Jadi, beranikah kita mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan ucapan Nabi kekasih kita itu? Atau malah berdemo teriak-teriak yang malah mungkin saja menyakiti hatinya.

Di lain hari lagi, guruku menceritakan tentang kisah Fathu Makkah, Hari Kasih Sayang Islam versi Rasulullah Muhammad SAW yang diabadikan dalam Al Qur’an sebagai Fathan Mubina, atau kemenangan yang nyata.

Pasukan Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah dari Madinah diizinkan Allah untuk merebut kembali kota Makkah. Ribuan tawanan perang diberi amnesti massal. Bukan tax amnesti loh ya..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline