Lihat ke Halaman Asli

Nurhasanah

Mahasiswi

Tentang Aku

Diperbarui: 5 Oktober 2022   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai aku Nurhasanah. Anak ke-6 dari enam bersaudara. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana dan bahagia. Aku mempunyai empat kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Semuanya berstatus sudah menikah. Ayahku bernama Sriyanto dan Ibuku bernama Mimi Sutarmi. Saat aku sedang menempuh jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, ayahku berpulang ke rahmatullah. Ia pergi meninggalkan kami semua. Aku sangat berduka atas kepergian ayah, mungkin ini jalan terbaik yang Allah berikan. Ayah adalah sosok superhero, lelaki hebat yang begitu menyayangi dan mencintai keluarganya.

 Kehilangan sosok ayah merupakan titik terberat di dalam hidupku. Namun biar bagaimana pun ini adalah ketetapan dari Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya mampu menerima ketetapan  itu dengan lapang dada dan hati yang ikhlas. InsyaAllah aku yakin apa-apa yang telah hilang akan digantikan dengan yang lebih baik. Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan cinta seorang ayah terhadap anaknya dan tidak ada yang bisa menggantikan sosok tersebut. Aku beruntung memiliki sosok ayah yang memperlakukanku dengan baik dan penuh kasih sayang. Ayah baik-baik di sana ya, aku akan jagain ibu dengan baik di sini.

Ibuku adalah sosok wanita yang tangguh dan kuat. Ia selalu menampakkan senyuman kebahagiaan di raut wajahnya yang kini sudah berumur lanjut. Hatinya lembut bagaikan sutra, jiwa pemaafnya sangat besar dan tak ternilai. Tidak ada sesuatu pun yang dapat membalas jasanya. Tanpa sosok ibu aku tidak mungkin bisa terlahir ke dunia ini. Ibu tak pernah lelah dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Tak pernah ada perasaan takut di dalam hidupnya. Segala bentuk permasalahan dan cobaan hidup mampu dihadapi. Ibu adalah teladan bagiku.

Aku ini seorang perempuan yang betul-betul introvert. Lebih sering mengamati sebelum melakukan tindakan. Lebih suka meyendiri dalam menghabiskan waktu. Menyendiri di sini bukan berarti tidak ada kawan atau parther bicara, tetapi memang titik ternyamanku seperti ini. Sering meluangkan waktu untuk diri sendiri sambil menikmati berbagai cerita fiksi di kala waktu senggang. Aku jarang banyak bercerita dengan orang yang baru dikenal. Tetapi ketika bertemu dengan seseorang yang satu frekuensi  dan satu pemikiran, akan membuat diriku mudah cepat akrab dengannya.

Latar belakang pendidikanku bercampuran, karena tidak selalu berlatar belakang pendidikan Islam. Pada usia 5 tahun, Aku TK di dekat rumah namanya TPA al-Fatah. Kemudian melanjutkan SD di MI Hidayatul Islamiyah pada usia 6 tahun. Di masa ini aku cukup lama menempuh pendidikan, kurang lebih selama 6 tahun. Tentunya selama 6 tahun ini banyak sekali pengalaman, kisah cinta, pertemanan dan pelajaran yang dapat dipetik. Dari segi pengalaman cukup banyak tersimpan di dalam memoriku. Dulu aku pernah dicubit oleh guru Matematika, perkara salah dalam menjawab soal. Aku tidak marah terhadap beliau karena telah mencubitku, justru aku mendapat pembelajaran hidup, bahwa kesalahan sepele pun harus diteliti, jangan mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru, dan lebih teliti lagi dalam mengerjakan apapun. Agar tidak mengakibatkan efek yang cukup besar terhadap diri kita. Jadikan semua itu sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Terlepas dari pendidikan MI, aku mulai melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni di SMP Negeri  1 Cibinong. Di sana suasana dan lingkungannya cukup asyik. Aku cukup menikmati perjalanan semasa SMP. Aku aktif mengikuti kegiatan organisasi OSIS di sana. Di dalam organisasi itu banyak diajarkan bagaimana cara bersikap dan berperilaku yang baik, menanamkan jiwa-jiwa kepemimpinan, serta melatih berkomunikasi di depan banyak orang. Suatu ketika aku pernah menjadi kepanitiaan dalam acara MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) aku diamanahkan sebagai kakak pembimbing di kelas 7G. Jujur anak-anak yang aku bimbing sangatlah menyenangkan. Mereka begitu lucu dan imut-imut. Aku menganggap mereka seperti adikku sendiri. Seringkali kami tertawa bersama sambil memecahkan suasana yang penuh sunyi kala itu. Kerap kali bertemu mereka, suasana hati menjadi lebih menyenangkan.

Seiring berjalannya waktu, brakhir sudah pendidikanku di masa Sekolah Menengah Pertama. Kemudian aku melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yakni di MAN 1 Bogor. Aku mengambil jurusan keagamaan. Aku melewati serangkaian tes untuk masuk ke sana. Tes tersebut ada tertulis dan tidak tertulis. Untuk yang tes tertulis itu disuruh mengisi beberapa soal yang terdiri dari 4 mata pelajaran pokok (Matematika, B. Indonesia, B. Inggris dan PAI). Kemudian untuk tes tidak tertulisnya yakni ada membaca kitab kuning dan hafalan surat-surat pendek. Jujur aku belum pernah membaca kitab kuning, waktu tes itu betul-betul pertama kali aku membacanya. Aku tidak memperdulikan bacaannya benar atau salah, yang terpenting aku sudah berusaha untuk membaca dan memahaminya.

Hingga akhirnya rangkaian tes demi tes dapat aku selesaikan dengan baik. Tinggal menunggu pengumuman kelulusan diterima atau tidaknya. Aku tidak berharap banyak, semuanya kuserahkan kepada Allah SWT. Jelang  beberapa hari pengumuman kelulusan pun tiba, yang mengambil surat hasil keputusan kelulusannya adalah kakak. Ia mengatakan jika aku tidak lolos jangan berkecil hati ya dan semoga hasilnya yang terbaik. Aku membuka surat itu sambil diawali dengan membaca bismillah. Dan Alhamdulillah aku lulus seleksi di jurusan yang aku minati. Aku bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang baik ini. Segeralah aku mengurus daftar ulang dan lain-lainnya. Aku lupa awal masuk sekolah di MAN itu tanggal berapa, seingatku di bulan Juli.

Memulai lembaran baru dan menyesuaikan diri di lingkungan baru tidaklah mudah. Entah sejak kapan aku sudah mulai akrab dengan teman-teman sekelas dan berbincang bersama. Mata pelajaran yang aku dapatkan cukup menarik, lebih berdominan kepada pelajaran yang bersifat keislaman. Para gurunya memiliki karakter yang berbeda-beda dalam mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut. Ada yang lemah lembut, tegas, dan killer. Beliau semua sangat berjasa dalam mengajari anak muridnya. Tugas-tugas yang diberikan cukup beragam, tetapi alhamdulillah aku mampu mengerjakannya dengan tepat waktu.

Kebetulan khusus di jurusanku diwajibkan mengikuti ekstrakurikuler tahfidz, dan itu pula yang menjadi awal berdirinya ekstrakurikuler tahfidz di MAN 1 Bogor. Sebagai angkatan pertama kami masih membutuhkan banyak sekali bimbingan dan pengarahan dalam membentuk ekstrakurikuler tersebut. Banyak pengalaman yang didapat dari ekstrakurikuler ini. Guru-guru pengampu mata pelajaran tahfidz sangat telaten dan penuh kesabaran dalam mengajari anak didiknya. Aku sangat senang ketika diajarkan oleh beliau. Karena penyampaiannya yang baik membuatku mudah untuk memahaminya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, hingga tersadar bahwa sebentar lagi aku akan mengakhiri pendidikan di MAN 1 Bogor ini. Mulailah aku mengikuti serangkaian ujian kelulusan, mulai dari ujian yang bersifat tertulis, ujian tidak tertulis, dan ujian praktik.

Hari-hari tenang pun tiba, alhamdulillah aku lulus dengan hasil yang memuaskan. Jelang beberapa minggu dari kelulusan, sekolahku mengadakan acara yang digelar di Bagasraya Depok. Acara itu adalah acara pelepasan anak-anak angkatanku. Yang lebih sering dikenal dengan acara perpisahan. Perasaanku senang sekaligus sedih. Senangnya karena aku bisa lulus dengan hasil yang baik, sedihnya hari itu menjadi hari terakhir untuk aku bisa bersama keluarga besar MAN 1 Bogor. Aku sungguh terharu, begitu tahu bahwa aku menjadi salah satu bagian dari murid dengan prestasi akademik terbaik di jurusan. Impianku sedari awal masuk di sekolah ini akhirnya terwujudkan. Bisa membanggakan ibu adalah hal yang paling mulia untukku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline