Pada beberapa kondisi, komunikasi perlu dilakukan pada anak untuk mendapatkan informasi terkait apa yang dirasakan anak atau memicu anak untuk perkembangan bahasa dan sosialnya.
Komunikasi biasanya dilakukan pada orang tua dan hal tersebut seringkali dianggap sudah mewakili keinginan anak. Padahal anak perlu dilibatkan secara langsung, misalnya terkait permasalahan di sekolah, keluhan fisik yang sakit, atau kondisi tertentu yang membutuhkan ungkapan perasaan langsung dari anak.
Tidak hanya guru, atau petugas kesehatan, semua orang dewasa sebaiknya mengetahui bagaimana cara memulai komunikasi dengan anak-anak. Karena cara komunikasi yang salah akan berdampak pada kemampuan dan sikap anak saat berkomunikasi. Hal ini bahkan berdampak sampai anak mencapai usia dewasa.
Komunikasi pada anak-anak tentu berbeda sesuai usianya. Pada bayi atau balita, komunikasi dapat dimulai dengan menggunakan boneka atau mainan anak. Berikan pertanyaan dengan kalimat sederhana pada boneka untuk memancing anak agar mau terlibat dalam pembicaraan. Misalnya dengan bertanya siapa nama bonekanya, atau mobil-mobilannya beli dimana.
Komponen bahasa nonverbal merupakan bagian terpenting dari komunikasi pada anak. Anak-anak sulit untuk menyembunyikan perasaannya, sikap dan rasa cemasnya. Anak-anak akan lebih berhati-hati pada lingkungan sekitar dan setiap bahasa tubuhnya memiliki arti tertentu, khususnya pada anak-anak yang masih kecil.
Jika usaha untuk berteman pada anak dilakukan dengan aktif, sebelum anak mampu menyadari seseorang tersebut adalah orang asing, maka hal tersebut justru akan meningkatkan kecemasannya. Lanjutkan pembicaraan pada anak dan orang tua, serta tetap beraktivitas di sekitar anak yang tidak melibatkan anak secara langsung. Hal ini akan memberi kesempatan pada anak untuk mengamati bahwa orang asing tersebut tidak mengganggu keamanannya.
Intinya, jangan terburu-buru untuk memulai berkomunikasi pada anak, karena anak butuh waktu untuk memastikan keamanannya tidak terganggu. Selain itu ada hal yang harus dihindari saat berkomunikasi pada anak. Jangan tiba-tiba atau dengan gerakan cepat mendekat pada anak, jangan tersenyum sangat lebar (walaupun sulit mengatur kelebaran sebuah senyuman), jangan melakukan kontak mata dalam waktu yang lama, atau gerakan tubuh yang dapat dimaknai anak sebagai tindakan yang mengancam.
Saat pertama kali bertemu dengan anak-anak, berikan anak waktu untuk merasa nyaman. Tetap berkomunikasi pada orang tua saat anak menunjukkan rasa malu ketika bertemu orang asing. Mulai berbicara pada anak dengan tenang, tidak terburu-buru, jelas, dan gunakan bahasa yang sederhana dan spesifik. Jika anak membawa mainan, maka komunikasidapat dibantu dengan perantara mainan. Hal terpenting adalah bersikap jujur pada anak karena saat anak tahu yang disampaikan adalah kebohongan maka anak akan sulit untuk kembali percaya.
Jadi, bagaimana? sudah siap untuk mempraktekkan beberapa cara untuk memulai berkomunikasi pada anak? Intinya jangan terburu-buru mendekati anak walaupun anak yang ditemui sangat menggemaskan. Bersikaplah yang jujur pada anak dan yang paling penting pahami bahasa nonverbal anak. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H