Pada Rabu (6/3/2024) Prodi Farmasi Universitas Singaperbangsa Karawang telah melaksanakan kuliah tamu terkait teknik ekstraksi bahan alam dengan mengundang narasumber Dosen Falkutas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Prof. Dr. Apt Abdul Mun'im, M. Si. Tema yang diusung dalam kuliah tamu ini yaitu Advancement and Challenges in Green Extraction Techniques for Medicinal Plants & Herbs.
Acara berlangsung mulai pukul 13.00 WIB dan dihadiri oleh para peserta melalui Zoom Meeting. Diawali dengan penyampaian sambutan sekaligus pembukaan kuliah tamu oleh ibu Dia Septiani, S.Si, M.Farm selaku ketua pelaksana. Selain pemaparan materi, kegiatan ini juga mencakup sesi diskusi yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendalami ilmu terkait ekstraksi bahan alam.
Proses ekstraksi menimbulkan tantangan khusus karena memerlukan pemilihan pelarut yang dapat secara optimal mengekstraksi senyawa aktif. Pelarut tersebut juga harus memenuhi kriteria keamanan, keekonomisan, ketahanan terhadap risiko kebakaran, serta kemampuan untuk didaur ulang. Hal ini dipaparkan langsung oleh Guru besar Bidang Bahan Alam dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Prof. Dr. Apt. Abdul Mun'im, M.Si dalam kegiatan Kuliah pakar yang dilaksanakan oleh Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Singaperbangsa Karawang.
Kuliah pakar dengan judul Advancement and Challenges in Green Extraction Techniques for Medicinal Plants & Herbs menjelaskan bahwa kegiatan ektraksi secara sederhana sering dilakukan pada kehidupan sehari hari seperti ekstraksi dalam pembuatan teh dan minyak kelapa. Ekstraksi terjadi ketika proses difusi berdasarkan polaritas sehingga mengalami pelarutan yang menyebabkan zat aktif pada sel sampel akan terlarut pada solvent, secara sederhana ekstraksi digunakan untuk memisahkan zat-zat yang diinginkan dari suatu sampel menggunakan pelarut khusus atau metode tertentu. Metode ekstraksi secara umum terdiri dari metode infusa, dekokta, maserasi, perkolasi, refluks dan sokhlet. Namun, seiring berjalannya waktu dan terjadi kemajuan teknologi dan ekstraksi berkembang menjadi beberapa metode diantaranya Microwave assisted extraction (MAE), Ultrasound-assisted extraction (UAE), SFC dan High Pressure Liquid Extraction (HPLE) yang menyebabkan proses ekstraksi lebih efisien.
Pelarut yang digunakan yaitu: Water, Deep Eutectic Solvent (DES), Ionic Liquid (IL), Biobased-Solvents, Supercritical Fluid. Ionic Liquid (IL) pelarutnya berbentuk ion, keunggulan dari ionic liquid sebagai green solvent yaitu keunikan dan sifat bergantung pada ion penyusun, dapat bersifat hidrofilik maupun hidrofobik dan ramah lingkungan tidak mudah terbakar, stabil pada suhu tinggi, dan tidak mudah menguap. Selain itu juga, ILS-MAE mempunyai parameter yaitu: IL type and their concentration, time, power, liquid/solid ratio. Pada aplikasi Ionic Liquid (IL) dalam ekstraksi metabolit tanaman jika digambarkan optimasi yang tinggi menunjukkan hasil yang baik. Ionic Liquid (IL) ketika kadarnya tinggi maka akan mudah dipisahkan, tetapi pemisahannya sampai saat ini masih menggunakan pelarut organik (etil asetat).
Prof. Dr. Apt. Abdul Mun'im, M.Si. juga menyebutkan "buah melinjo mempunyai senyawa Resveratrol dengan beragam kandungan inflamasi, obesitas, dislipidemia, diabetes tipe 2, kardiovaskular, penyakit tulang, hipertensi dan lain-lain," imbuhnya.
Pada aplikasinya, Ionic liquid (IL) digunakan untuk ekstraksi Oryzanol dan buah pare. Oryzanol terkandung pada bekatul yang biasanya digunakan untuk pakan hewan. Oryzanol di ekstraksi dari bekatul dengan Ionic liquid (IL) untuk mengobati tukak lambung pada tikus. Khasiat ekstrak oryzanol dosis 400 mg/kg sama dengan omeprazole dalam mengobati tukak lambung. Buah pare dapat digunakan untuk antidiabetes dan biasanya diekstraksi dengan alkohol 70% menghasilkan cairan hitam. Saat buat pare diekstraksi dengan Ionic liquid (IL) dihasilkan serbuk berwarna kuning coklat. Selain Ionic liquid (IL), dijelaskan juga Deep Eutectic Solvent (DES). DES adalah pelarut natural yang digunakan untuk ekstraksi. Keuntungan dari DES sebagai pelarut ekstraksi adalah DES cair pada suhu ruang; tidak mudah terbakar; bersumber dari bahan natural; dan biodegradable. Kekurangan dari DES hanya viskositas yang tinggi sehingga perlu banyak air dalam penggunaannya dan sulit pada pemisahannya. Pada aplikasinya, Deep Eutectic Solvent (DES) digunakan untuk ekstraksi Morus Alba root, produk berupa lotion dan Green Coffee yang digunakan untuk anti kerut dan anti stretch mark.
Selain IL dan DES, pelarut pengekstraksi yang dapat digunakan ialah NADES (Natural Deep Eutetic Solvent). NADES merupakan ekstraksi selektif, berbentuk cairan atau kental, serta dapat digunakan sebagai pengembangan sediaan farmasi tanpa proses evaporasi. NADES tidak hanya dijadikan untuk ekstraksi, ternyata dapat digunakan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan solubilitas. Prof Dr. apt Abdul Mun'im, M.Si lalu menyebutkan bahwa pelarut pengekstraksi NADES ini digunakan sebagai alternatif pelarut yang lebih aman dibandingkan dengan yang lainnya. NADES ini pun bisa diaplikasikan pada tahap akhir di formulasi/farmasetik, misalnya insulin yang mulanya dari injeksi dapat diubah menjadi oral, caffein yang mulanya berbentuk oral dapat diubah menjadi topikal, serta banyak contoh lain yang dapat diaplikasikan seiring dengan penggunaan pelarut pengekstraksi NADES pada pengembangan sediaan farmasi tersebut.
Dalam akhir pemaparannya, beliau juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari IL dan NADES. Menurut prof Dr. apt Abdul Mun'im M.Si, IL memiliki beberapa keunggulan, seperti IL bersifat selektif, berbentuk padatan, dapat dipakai berulang sampai pelarutnya habis, serta dapat memperoleh isolat dari kandungan yang tinggi sehingga nantinya dihasilkan senyawa yang murni dari sediaan farmasi yang dibuat. Sayangnya, walaupun aman terhadap pengaplikasiannya, akan tetapi IL ini juga memiliki beberapa kekurangan, seperti toksik terhadap lingkungan, serta harganya yang relatif mahal.
Selain pelarut pengekstraksi IL, pelarut NADES pun memiliki beberapa keunggulan, seperti memiliki rentang polaritas yang lebar, berbentuk cairan, tidak mudah menguap, harga murah dan aman, serta tidak mudah terbakar. Kendati demikian, pelarut NADES juga memiliki beberapa kekurangan seperti densitas dan viskositasnya tinggi, serta adanya tantangan pada saat recovery.