Hari Kesehatan Mental Sedunia atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia jadi ajang peringatan tahunan yang jatuh setiap 10 Oktober. Pentingnya kesehatan mental digaungkan oleh WHO melalui definisi kesehatan mereka yang menyatakan: "Kesehatan adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan."
Menurut L. K. Frank, kesehatan mental merupakan kondisi seseorang yang mampu mengembangkan diri, tumbuh dan matang dalam hidupnya, serta mampu beradaptasi dan berpartisipasi di dalam kehidupan manusia di lingkungannya. Singkatnya, kesehatan mental, menurut dia, tidak saja berdampak pada diri sendiri melainkan juga orang lain.
Kesehatan mental itu sendiri merupakan kondisi di mana individu sangat memahami potensinya, mampu mengatasi tekanan dari setiap peristiwa dalam hidupnya, mampu bekerja yang menghasilkan dan produktif untuk lingkungannya.
Ibu Sri widowati, M.kep yang merupakan salah satu dosen di Universitas Muhammadiyah Malang menyatakan bahwa" Masalah kesehatan mental pada mahasiswa di Indonesia masih sangat tinggi, bahkan dari hasil survei kesehatan remaja didapatkan bahwa satu dari 3 remaja memiliki masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, stres pasca trauma, bipolar, masalah emosi dan sebagainya."
Beliau juga memaparkah bahwa "lingkungan sosial yang baru, tuntutan dalam meniti karier, tugas-tugas akademik yang sangat banyak, tuntutan dari keluarga maupun masyarakat, serta masalah keuangan,merupakan beberapa hal yang dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang."Guna untuk menjaga kesehatan mental yang baik mahasiswa perlu "Mempunyai support sistem yang cukup bagus, melakukan hobi serta hal-hal baru yang dapat mengisi waktu luang, melakukan exercsie atau olahraga dengan teratur, jika membutuhkan tempat untuk curhat maka perlu mencari bantuan profesional seperti konseling." Ujar beiau.
Beliau juga mengatakan bahwa "Gangguan mental dapat disembuhkan dan dapat juga terjadi kekambuhan, yang terpenting adalah komitmen dan konsisten dalam melakukan pengobatan dan perawatan, serta dukungan sosial yang cukup bagus." Tidak hanya itu, Kekambuhan akan terjadi jika berhenti minum obat yang sudah diberikan oleh dokter spesialis jiwa, kurangnya dukungan sosial dalam mengatasi peristiwa yang penuh tekanan, kurangnya ketrampilan koping yang dimiliki (ketrampilan dalam menyelesaikan suatu masalah/problem solving). Ujar beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H