Lihat ke Halaman Asli

Nur Farida

Mahasiswa Universitas Jember

Rupiah Terombang Ambing, Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk?

Diperbarui: 11 November 2024   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mata uang Indonesia, rupiah, kembali menghadapi tekanan berat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tergerus signifikan, mencatat posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Ketidakstabilan ini memicu kekhawatiran luas, baik di kalangan pelaku pasar, ekonom, maupun masyarakat luas. Apakah Indonesia mampu bertahan menghadapi guncangan ekonomi yang intensif ini atau justru terjerumus dalam jurang resesi yang lebih dalam?

Tekanan Terhadap Rupiah

Rupiah tercatat terus melemah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir. Pada awal November 2024, kurs rupiah berada di kisaran Rp16.400 per USD, menjadikannya salah satu titik terendah dalam lima tahun terakhir. Penyebab utama merosotnya nilai tukar rupiah, di antaranya adalah inflasi global, ketegangan geopolitik, serta kebijakan moneter yang ketat dari The Federal Reserve. Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah kebijakan suku bunga The Fed yang terus dinaikkan sejak tahun lalu. Kenaikan suku bunga ini dimaksudkan untuk menahan laju inflasi di AS, namun dampaknya terasa hingga ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Kenaikan suku bunga dolar AS membuat mata uang negara berkembang semakin rentan, termasuk rupiah, karena aliran modal keluar yang lebih besar mencari suku bunga yang lebih tinggi di AS.

Selain itu, ketidakpastian geopolitik global, seperti ketegangan antara AS dan China serta konflik di Timur Tengah, turut memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Saat ketidakpastian global meningkat, para investor cenderung memindahkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS dan emas, serta menjauhi mata uang negara berkembang yang lebih berisiko. Hal ini menyebabkan tekanan semakin berat pada nilai tukar rupiah.

Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia

Pelemahan rupiah tentu saja berimbas langsung pada perekonomian Indonesia. Salah satu dampak yang paling terasa adalah inflasi impor yang terus meningkat. Barang-barang impor, termasuk bahan baku industri, barang konsumsi, dan energi mengalami kenaikan harga karena pelemahan rupiah. Dampaknya, harga-harga di pasar domestik terus meroket sehingga membebani daya beli masyarakat.

Inflasi yang tinggi dipicu oleh kenaikan harga barang impor, pada gilirannya dapat memperburuk ketidakstabilan ekonomi. Beberapa sektor yang paling terpengaruh adalah sektor manufaktur, yang sangat bergantung pada bahan baku impor. Meningkatnya biaya produksi akan memaksa pengusaha untuk menaikkan harga barang, yang bisa mengarah pada inflasi lebih lanjut. Dalam kondisi seperti ini, daya beli masyarakat semakin tergerus, dan beban ekonomi semakin berat.

Selain itu, sektor energi juga menjadi sorotan utama. Kenaikan harga energi global yang diperburuk oleh pelemahan rupiah menyebabkan beban subsidi energi semakin besar. Pemerintah Indonesia yang selama ini mengeluarkan subsidi untuk menjaga stabilitas harga energi harus menghadapi dilema besar. Di satu sisi, subsidi yang lebih besar akan membebani anggaran negara. Di sisi lain, jika subsidi dipangkas, maka harga bahan bakar akan semakin naik, yang bisa memperburuk inflasi dan ketidakstabilan sosial.

Kebijakan Pemerintah: Menghadapi Dilema Ekonomi

Pemerintah Indonesia sudah berusaha mengatasi tekanan terhadap rupiah dan perekonomian melalui serangkaian kebijakan ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperkuat cadangan devisa negara, yang digunakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, cadangan devisa yang terus menurun akibat defisit transaksi berjalan yang melebar, semakin membatasi ruang gerak pemerintah untuk melakukan intervensi besar dalam pasar valuta asing.

Selain itu, pemerintah juga berupaya menarik investasi asing langsung untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi asing ini diharapkan dapat meningkatkan cadangan devisa dan memperkuat perekonomian domestik. Namun, pada kenyataannya ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik justru membuat investor lebih berhati-hati dalam menanamkan modal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline