Lihat ke Halaman Asli

Koneksi Antar Materi - Kaitan Identitas Manusia Indonesia dengan Perjalanan Pendidikan Nasional dan Dasar Pemikiran Kritis Ki Hajar Dewantara

Diperbarui: 9 Desember 2023   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disusun Oleh: Nur Faizatus Sholihah

Topik 1  Perjalanan Pendidikan Nasional 

Sejarah mencatat bahwa pendidikan nasional dimulai sejak zaman kolonialisme masuk ke dalam bangsa Indonesia. Pada saat itu, pendidikan dinilai sebagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kepentingan pemerintah. Pendidikan tidak digunakan untuk mencerdaskan kodrat yang melekat dalam jiwa-jiwa manusia, melainkan digunakan sebagai alat untuk menuruti hasrat dalam menciptakan tenaga kerja Indonesia yang minim melalui pendidikan kolonialisme yang dianggap tidak adil. Di sisi lain, pendidikan pada zaman kolonilal juga menuntut individu untuk berkembang secara intelektual dengan menghiraukan nilai-nilai luhur dan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Dalam konteks ini, Ki Hajar Dewantara menyoroti bahwa pendidikan pada zaman kolonial menjadi pendidikan yang sangat berbahaya dan tidak dapat memberikan kebebasan kepada manusia dalam mencapai setiap kodrat yang melekat pada dirinya.

Berdasarkan fenomena tersebut, Ki Hajar Dewantara mengemukakan salah satu upaya yang cemerlang, yaitu dengan mengimplementasikan Perguruan Taman Siswa yang dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah pendidikan pada zaman tersebut. Ki Hajar Dewantara menginterpretasikan pendidikan sebagai dukungan dan panduan bagi setiap individu untuk berkembang sesuai dengan kodrat hidup dan kodrat alam yang sudah melekat dalam dirinya. Pendidikan dinilai sebagai sarana individu untuk mencapai kodrat sesuai dengan budaya dan nilai-nilai luhur yang kuat. Prinsip Tir-Con yang dijadikan dasar ke-Tamansiswa-an oleh Ki Hajar Dewantara mampu memberikan makna pendidikan yang luar biasa karena menggabungkan budaya-budaya kolonial dengan budaya pribumi. Kemerdekaan dalam pendidikan tidak hanya diartikan sebagai kebebasan tanpa batas, melainkan harus disesuaikan dan diintegrasikan dengan norma-norma bangsa yang telah ada sejak zaman dahulu.

Fakta ini memberikan penguatan kepada pembaca di luar sana, bahwa perjalanan pendidikan nasional dari zaman ke zaman selalu memperhatikan identitas bangsa untuk mencapai setiap kodrat yang sudah melekat di dalam diri masing-masing individu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dituntun untuk mampu mengajarkan nilai-nilai luhur dan budaya yang sudah ada, bukan malah menghilangkan jati diri kebudayaannya. Fenomena inilah yang nantinya dapat melahirkan identitas bangsa Indonesia, khususnya identitas manusia Indonesia.

Topik 2  Dasar Pemikiran Kritis Ki Hajar Dewantara 

Seperti yang disampaikan sebelumnya, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan intelektual, tetapi juga harus memperhatikan pendidikan kebudayaan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus menjadi sistem yang dapat mengintegrasi antara ilmu-ilmu yang terkait dengan kearifan lokal yang ada. Hal ini dilakukan agar terciptanya manusia yang berkebudayaan dan berkebhinekaan global. Lebih dari itu, pendidikan dianggap sebagai aktivitas yang dapat membantu dan mencegah manusia dari keterbelengguan yang terjadi dalam kehidupan mereka masing-masing.

Dari peristiwa ini, muncul gagasan utama Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang tidak membatasi dan bahkan memerdekakan individu sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ada. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan kekuatan besar yang dapat membentuk identitas manusia dengan tingkat kecerdasan dan kebudayaan yang tinggi, sehingga mampu mewujudkan kodratnya sebagai makhluk hidup yang memiliki martabat. Adapun dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dapat diimplementasikan guna menjawab tantangan tersebut diantaranya:

  • Dasar-dasar pendidikan yang menuntun, yang berarti bahwa orientasi pendidikan yang diajarkan di dalam kelas tidak hanya semata-mata digunakan untuk keperluan mentransfer ilmu saja, namun juga memberikan tuntunan pada kekuatan kodrat sehingga dapat menuntun dan memperbaiki segala laku hidup dan tumbuhnya kodrat masing-masing individu.
  • Kodrat alam dan kodrat zaman, berkaitan dengan kondisi alam dan geografis Indonesia yang sangat beragam serta esensi pendidikan dalam menghasilkan dan menumbuhkan kemampuan manusia yang beragam, termasuk kemampuan manusia untuk cakap terhadap keterampilan abad 21.
  • Budi pekerti, yaitu pilar pendidikan yang dapat menuntun dan menumbuhkan kodrat manusia sejak dini. Perilaku ini dapat dijadikan sebagai identitas manusia Indonesia yang sangat kuat. Artinya, pendidikan tidak hanya mengajarkan intelektual atau pengetahuan semata, namun juga mengajarkan bagaimana menghargai dan memiliki sikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai luhur yang ada.
  • Sistem among, pendidikan harus mampu untuk memberikan bimbingan dan penguatan kepada manusia untuk mewujudkan setiap kodrat yang melekat. Pendidikan tidak hanya melepas manusia untuk bertumbuh sesuai jati dirinya masing-masing, namun lebih kepada mengarahkan manusia agar mampu menemukan jalan untuk meningkatkan kualitas dan mencapai kodrat dalam dirinya secara bersama-sama.

Topik 3  Identitas Manusia Indonesia 

Setidaknya terdapat 3 hal yang menjadi identitas kuat manusia Indonesia, diantaranya:

  • Berkebhinekatunggalikaan, mencerminkan bahwa manusia-manusia yang lahir di bangsa ini adalah manusia yang memiliki keragaman hayati luar biasa. Kebhinekatunggalikaan sendiri didefinisikan sebagai "berbeda-beda tetapi tetap satu jua", di mana makna kalimat tersebut dapat mengisyaratkan bahwa di Indonesia banyak sekali keragaman budaya, suku, agama, dan bahasa, namun tetap memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama, yaitu menjadi satu tanah air Indonesia.
  • Memiliki nilai-nilai pancasila, mencerminkan bahwa manusia-manusia Indonesia sejak lahir selalu dikenalkan dengan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila. Pancasila sebagai dasar negara menjadi ideologi sekaligus pedoman kuat bagi manusia pribumi dalam berperilaku dan bertutur kata. Nilai-nilai inilah yang kemudian membentuk karakter manusia Indonesia dalam melakukan setiap aktivitasnya sehari-hari sehingga dapat digunakan sebagai identitas yang kuat dalam dunia global.
  • Religius, mencerminkan kekuataan agama yang diyakini manusia Indonesia dalam melakukan setiap laku di kehidupannya. Agama dan keyakinan yang sangat beragam, menjadikan Indonesia sebagai negara yang tinggi akan toleransinya. Meskipun berbeda-beda, dalam kesehariannya, manusia Indonesia selalu mengaitkan aktivitas yang dilakukan dengan nilai-nilai agama masing-masing yang diyakini. Hal ini dapat menjadi bukti kuat bahwa agama dapat memberikan pengaruh bagi terciptanya karakter sekaligus identitas yang kuat bagi manusia Indonesia.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline