Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari keluarga

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun ajaran baru di mulai bulan Juli kemarin. Muka – muka baru kelasX bermunculan di lapangan sekolah. Mereka sedang melakukan masa orientasi siswa dengan mentor kelas XI dan kelas XII.

Beberapa bulan berlalu,saat ini memasuki akhir semester I buat kelas X. Ku telah mengenal beberapa siswa dari kelakuannya dan catatan rapor mereka sewaktu SMP.

Tercatat dari 10 siswa yang ku kenal,9 dari mereka perokok aktif dari SMP dan 3 diantaranya merokok dari SD. Tercatat pula 8 siswa sering bolos dan dari yang sering bolos ini, 7 siswa sudah berpengalaman untuk bolos dari SMP sehingga orangtua atau wali mereka sudah terbiasa jika harus dipanggil ke sekolah.

Ketika ku tanya kan kepada mereka tentang impian mereka,10 siswa mau bekerja apa saja, 3 siswa ingin kuliah, 2 siswa ingin bantu usaha orang tuanya. Dari 10 siswa yang mau bekerja apa saja,6 diantaranya ingin menjadi terkenal seperti Ariel, Luna Maya, Olga. Ada yang mengatakan,”Ibu, ku mau seperti Lutfi Hasan. Kaya,terkenal, wanitanya banyak dan walau masuk penjara tetap eksis”.

Ketika ku selidiki tentang orangtua mereka,dari 10 siswa, 8 siswa dari keluarga yang tak harmonis dalam arti, mereka tinggal tidak dengan orangtua yang lengkap atau mereka tinggal tidak bersama dengan orangtua namun dengan wali seperti kakek,nenek atau paman.

Aku sebagai guru BP yang baru 2 tahun bertugas dan belum menguasai tentang tugas-tugas BP agak terkaget ketika menemui keadaan hal tersebut. Namun ku terus belajar,bagaimana menangani mereka dari para senior di sekolah ku dan dengan membaca buku atau apa pun yang berkaitan hal itu.

Ternyata, kehidupan tak seindah sinetron atau semudah pencarian bakat yang terpampang di tv. Dari beberapa siswa, ku dapat menyimpulkan, mereka berkelakuan tersebut dilatari oleh keluarga mereka. Mereka mengatakan,”Aku tak pernah ditegur atau dilarang ketika aku berbuat seperti ini. Jadi tak apa kan bu, ketika aku melanggar aturan sekolah.” Waduh… , tambah kacau jika orang tua yang dipanggil ke sekolah,melindungi anaknya dan menyalahkan pihak sekolah.

Semua berawal dari keluarga. Aku pun jika melihat kelakukan siswa yang tak disiplin maka ku kan tanya pertama kali adalah orangtuanya masih lengkap kah ? ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline