Hujan tiada henti di daerah Rumah Susun Perumnas Klender Jakarta Timur dari Sabtu Malam, 11 Januari 2014 sampai hari Senin dini hari, 13 Januari 2014. Menurut berita, ternyata bukan hanya di kawasan ku saja, namun semua penjuru Jakarta Raya, hujan tiada henti.
Dan terjadilah apa yang dikhawatirkan warga di rumah susun Perumnas Klender yaitu banjir. Sampai tadi malam,Minggu,12 Januari 2014 kurang lebih jam 10 malam, banjir di Rw 001 sudah mencapai paha orang dewasa. Sedangkan di jalan Nusa Indah Raya, hampir mencapai dada orang dewasa.
Banjir sering datang di kawasan rumah susun terutama dari blok 31 sampai dengan blok 39 serta jalan Nusa Indah Raya jika hujan datang terus menerus atau curah hujan yang turun sangat deras. Memang diantara Rt 004 dengan Rt 005 serta sepanjang jalan I Gusti Ngurah Rai, ada kali yang semakin lama semakin dangkal. Apalagi, kawasan ini seperti jalanan cekung antara Pondok Kopi dengan Buaran.
Pindah ke rumah susun pada tahun 1987 bersama orang tua. Setahun kemudian aku disuguhi banjir sebatas betis ku, di mana hal yang menakjubkan karena kali pertama melihat banjir dan mengalaminya. Waktu itu aku duduk di bangku kelas 6 SD, layaknya anak - anak, aku sangat senang dan menganggap banjir tersebut adalah kolam renang sehingga aku dan beberapa teman bermain bersama.
Lalu setiap tahun jika hujan terus menerus,pastilah banjir,apalagi di depan rumah dan kawasan jalan Nusa Indah Raya. Akhirnya, orang tua ku inisiatif, membuat lebih tinggi lantai rumah, dan membuat sekat diantara pintu masuk rumah. Para tetangga pun melakukan hal yang sama. Ada diantara mereka menyiapkan vakum penyedot air jika air sudah masuk rumah. Barang-barang elektronik pun ditaruh di rak-rak gantung atau menggunakan meja-meja tinggi.
Keluarga ku memang tinggal di lantai satu atau lantai bawah di rumah susun, sehingga beberapa teman ku sering bergurau jika banjir,pindah saja ke lantai atas. Aku agak lupa tahun 2002 atau 2003, terjadi banjir hebat. Kenapa ku bilang banjir hebat ? Karena baru kali tersebut, ku merasakan banjir di dalam rumah sampai dada orang dewasa. Di mana selama tiga hari, listrik tak menyala, air PAM tiada, semua buku-buku terendam dan barang elektronik rusak.
Dari kejadian tersebut,keluarga pun berantisipasi. Barang-barang yang jarang terpakai ditaruh dalam satu dus sehingga jika ada kejadian seperti itu,langsung saja dus dipindahkan ke tetangga di atas.
Dini hari tadi, banjir telah surut di depan rumah. Walau banjir tak sempat masuk, namun hal-hal biasa dilakukan di lingkungan ku tetap dilakukan seperti beberapa warga keliling yang memantau keadaan. Jadi jika datang banjir,ah,sudah biasa tuch... ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H