Lihat ke Halaman Asli

Nurfadillah

Mahasiswi Universitas Sains Islam Al-Mawaddah Warahmah Kolaka

Moral Ekonomi

Diperbarui: 8 Desember 2023   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut jurnal utama dalam penelitian Tri Andjarwati yang menjelaskan Ketika membahas ekonomi moral, ini adalah studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, tindakan, dan partisipasi dalam perekonomian. (Andjarwati 2017). Hal itu tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sutiany, Mashudi dan Witarsa bahwa Moralitas ekonomi, atau aspek perilaku ekonomi yang menonjolkan kepedulian seseorang terhadap keberadaan orang lain, berkaitan dengan sikap dan perilaku ekonomi seseorang dalam berhubungan dengan orang atau kelompok orang lain.

Masyarakat didorong oleh moralitas untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari tindakan keuangan mereka. (Sutiany, dkk). Menurut James C. Scoot dalam jurnal penelitian Siti Nur Rahayu yang mengatakan bahwa Gagasan ekonomi moral menggambarkan perilaku resistif yang berkisar pada sistem pencarian keuntungan dan dikaitkan dengan pelestarian subsistensi adat, yang dianggap menguntungkan keberadaannya, khususnya dalam bidang aspek sosial dan ekonomi. Misalnya, menekankan moralitas pertanian subsisten atau sudut pandang petani dalam menangani keadaan. Penekanan pada pemenuhan kebutuhan mendasar dibandingkan memperoleh manfaat besar dari produksinya merupakan hal yang mendefinisikan etika subsisten. (Rahayu and Kasiyun 2014). 

Hal tersebut memiliki persamaan dengan Teori Kebudayaan Kemiskinan oleh Oscar Lewis dalam jurnal penelitian Vivi Yulia Nora yang mengatakan bhwa Manusia menjadi miskin karena pemikiran dan tindakannya yang belum matang. Misalnya, ketika petani miskin memperoleh bantuan melalui kredit mikro, mereka terkadang menggunakan pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan subsisten mereka. (Nora 2018). Dalam penelitian Damayanti, Sri Umi Mintarti Widjaja dan Agus Hermawan menjelaskan bahwa Moralitas dan tindakan ekonomi tidak selalu berbeda satu sama lain. Moralitas, yang mempengaruhi perilaku ekonomi, mungkin menyebabkan orang mengabaikan rasionalitas ekonomi dalam keadaan tertentu. (Damayanti, Widjaja, and Hermawan 2020). 

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rio Riyadi, Sutrisno dan Indah Permatasari yang memaparkan Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perilaku ekonomi manusia tidak hanya dipengaruhi oleh logika tetapi juga oleh moralitas, atau tindakan menunjukkan kasih sayang, rasa hormat, dan kepedulian terhadap orang lain. Karena asumsi logis bahwa pertimbangan moral mempengaruhi aktivitas ekonomi, maka interaksi sosial dalam masyarakat akan selalu terjadi. (Riyadi and Permatasari 2020). Dalam penelitian Afif Arrosyid yang mengatakan bhwa akhlak ekonomi Islam, salah satu aspek ekonomi Islam, adalah cara menyeimbangkan perilaku sosial dalam konteks aktivitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi. Ketika seseorang dihadapkan pada teka-teki moral-ekonomi, ekonomi Islam berfungsi sebagai landasan untuk memandu semua tindakan ekonomi.

(Arrosyid 2021). Sedangkan dalam jurnal penelitian Hendri Tanjung yang mengatakan bahwa Dari sudut pandang moral, Amitai Etzioni menantang ilmu ekonomi konvensional, khususnya yang berkaitan dengan moralitas. Etika ekonomi penting dalam konteks ini. Selain itu, dari sudut pandang budaya, Fritjof Capra menyoroti hubungan antara ekonomi tradisional dan budaya masyarakat, dan menyatakan bahwa pemahaman terhadap keduanya sangat penting untuk memahami ekonomi. (Hendri Tanjung, 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline