Lihat ke Halaman Asli

Nurfadhilah Fatikhasari

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Peran Mahasiswa dalam Menyongsong SDGs guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara-negara Maju

Diperbarui: 11 Oktober 2021   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 Oleh: Nurfadhilah Fatikhasari

Dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti salah satu tujuan yang tertera dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4, sangatlah penting adanya sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat Indonesia, terlebih lagi dalam menyongsong SDGs pada tahun 2030 mendatang. Untuk itu, dalam proses mewujudkannya, sangatlah penting adanya peran dari para pemuda khususnya mahasiswa dalam kontribusinya membangun bangsa, terlebih dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang kritis dan sesuai dengan perkembangan zaman tentang apa yang masih kurang, apa yang masih harus diperbaiki, dan apa yang harus diubah. 

Pada era modern seperti sekarang, energi positif dan semangat perjuangan mahasiswa tidak lagi begitu elegan jika hanya dilakukan dengan aksi, tetapi perlu dengan inovasi gagasan dan karya yang nyata baik dalam ilmu pengetahuan maupun pengabdian masyarakat. Energi berlebih tersebut dapat menjadi social capital yang luar biasa jika digunakan untuk mengisi ruang-ruang pembangunan di negara ini. Kita tidak boleh lupa bahwa masyarakat Indonesia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang sama-sama memiliki kewajiban untuk menjaga kesejahteraan dan keberlanjutan pembangunan di dunia.

SDGs (Sustainable Development Goals disingkat SDGs) adalah upaya terpadu mewujudkan Desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, Desa ekonomi tumbuh merata, Desa peduli kesehatan, Desa peduli lingkungan, Desa peduli pendidikan, Desa ramah perempuan, Desa berjejaring, dan Desa tanggap budaya untuk percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan Agenda Pembangunan Global Tahun 2030 yang telah menjadi komitmen dari semua Negara di dunia termasuk Indonesia. 

Berbeda dengan MDGs, tujuan dari SDGs jauh lebih ambisius dan komprehensif. SDGs menyatukan prinsip kesejahteraan untuk umat manusia melalui prinsip no one left behind dengan didukung oleh semua pemangku kepentingan pembangunan. SDGs memadukan keterkaitan antara aspek ekonomi, sosial, lingkungan yang diperkuat oleh tata kelola yang baik. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian SDGs termasuk aspek perencanaannya, diperlukan suatu analisis kesenjangan antara kondisi baseline dengan target dari indikator-indikator SDGs di tingkat Nasional sampai dengan daerah.

Berdasarkan  hal  tersebut,  SDGs pun diharapkan mampu disinergikan oleh pihak-pihak  yang  berperan  dalam  proses pembangunan  untuk  tahun  2016--2030 di mana   pada   saat   yang   bersamaan, Indonesia     juga     memperoleh     bonus demografi (Umar,   2017). Hal   tersebut semakin menegaskan    bahwa    dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi Indonesia, pihak yang paling   diharapkan   dalam   mengemban harapan  itu  adalah  mereka  yang  berada di usia produktif (15--64 tahun) (Maryati, 2015). Sehingga,   sebagai   pihak   yang berada pada awal masa-masa usia produktifnya, mahasiswa menjadi   pihak   yang   turut serta aktif dalam menumbuhkan semangat pembangunan yang berkelanjutan.

Mengingat beberapa negara seperti Korea, Tiongkok, serta Jepang  berhasil memaksimalkan potensi bonus demografi yang mereka peroleh sebelum memasuki milenium baru. Dalam mendorong kesadaran akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan, mahasiswa pun sudah sepatutnya menjadi pihak yang memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap SDGs  2030.  Terkhususnya  dalam  upaya untuk   menyongsong   bonus   demografi yang sedang dialami oleh Indonesia.

Kesimpulannya, sikap kita dalam menghadapi era seperti saat ini dapat  didefinisikan  sebagai kecenderungan  untuk  bertindak  secara suka maupun tidak suka terhadap suatu objek. Maksudnya   ialah,   seseorang memiliki  kehendak  untuk  menolak  atau menerima suatu objek berdasarkan penilaian  terhadap  objek  tersebut untuk  dirinya sendiri. 

Objek  dari  sikap  itu sendiri adalah   segala   sesuatu   seperti benda, orang, hal, dan lain-lainnya yang bisa dinilai oleh manusia.  Dimensi  pertimbangan  dalam sikap  berupa  skala  positif-negatif,  seperti dari  baik  ke  buruk,  dari  bagus  ke  jelek, dari  haram  ke  halal,  dari  sah  ke  tidak sah, dari enak ke tidak enak (Darmawan,   2016). Sikap mahasiswa memiliki peran penting dalam perwujudan SDGs. Semangat   muda   yang   dimiliki mahasiswa   dapat   menjadi   pendorong dalam terwujudnya SDGs. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri mahasiswa agar dapat mencapai tujuan negara yang sudah tertera dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

DAFTAR PUSTAKA:

Astuti, JS, Aziza, Alwan, Fahira 2020,'Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universitas Hasanuddin Tentang Perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 di Indonesia', Jurnal ABDI Vol.2 No.1 Januari 2020

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline