Setiap daerah pasti mempunyai folklor atau yang sering kita kenal dengan cerita rakyat, legende, dongeng, mitos, dan pepatah, semua itu termasuk ke dalam folklor lisan, folklor lisan ialah folklor yang terdiri dari unsur lisan. Selain folklor lisan, terdapat folklor setengah lisan dan folklor bukan lisan. Folklor setengah lisan adalah folklor yang terdiri dari campuran unsur lisan dan bukan Lisan seperti tarian rakyat, teater rakyat, adat istiadat, dan upacara adat. Sedangkan folklor bukan lisan adalah folklor yang bukan berupa lisan meskipun dalam pembuatannya diajarkan secara lisan. Contohnya seperti arsitektur rakyat, bangunan rumah asli daerah, atau kerajinan tangan rakyat seperti pakaian adat. folklor biasanya bersifat turun temurun dan disebarkan melalui mulut ke mulut. Maka dari itu folklor jarang kita ketahui siapa penciptanya.
Rangkasbitung juga mempunyai tradisi folklor loh.. Apa saja sih folklor yang ada di daerah Rangkasbitung?
1. Folklor lisan
Sebagian masyarakat Rangkasbitung mempercayai akan adanya mitos bahwa wanita hamil dilarang melilitkan handuk ke lehernya karena dipercaya jika melanggar larangan maka bayi yang di kandungnya akan terlilit ari-ari. Selain itu jika terjadi bulan purnama wanita hamil harus bersembunyi di bawah tempat tidur atau meja karena jika melanggar larangan di percaya bayi yang di kandungnya akan memiliki tanda lahir yang sangat besar.
2. Folklor sebagian lisan
Di Rangkasbitung terdapat pula folklor yang berupa upacara adat seperti yang dilakukan masyarakat Baduy yang dikenal dengan sebutan seba Baduy. Seba Baduy ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali dalam rangka menyampaikan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.
3. Folklor bukan lisan
karena Rangkasbitung terkenal akan wisata Baduy, maka salah satu folklor bukan lisan terdapat di daerah Baduy sendiri yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh warga Baduy dalam yang termasuk pakaian adat mereka.
Itulah beberapa contoh dari beragamnya tradisi folklor di daerah Rangkasbitung. Mungkin sebagian besar masyarakat sudah tidak percaya akan hal-hal bersifat takhayul, apalagi zaman semakin berubah. Namun, tidak ada salahnya kita sebagai masyarakat melestarikan budaya daerah masing-masing yang telah di wariskan oleh nenek moyang kita. Maka untuk itu marilah kita jaga tradisi folklor agar tidak hilang termakan oleh zaman dan digantikan budaya luar.
Nurendah Hafitriani Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H