Lihat ke Halaman Asli

Nurdin

Guru Sejarah

Seruan Gencatan Senjata, Siasat Licik Zionis Israel Dukungan AS

Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seruan untuk melanjutkan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat(AS)tidak lebih hanya sebagai siasat licik untuk membungkam perlawanan dari pejuang kemerdekaan bangsa Palestina,karenanya wajar jika Hamas(Al Harakat Al Muqawwamu Al Islamiyyah) dan organisasi pejuang kemerdekaan Palestina lainnya menolak menghadirinya.Selain itu kesediaan Rezim Zionis Israel pimpinan PM.Benyamin Netanyahu untuk mengirimkan delegasinya untuk melanjutkan dialog gencatan senjata tersebut juga merupakan siasat licik seakan-akan Tel Aviv serius berpartisipasi dalam perundingan ajuan AS,Qatar dan Mesir itu.Padahal dibalik itu semua hanya merupakan isapan jempol belaka.

Bagi rezim Zionis Israel kesediaan melanjutkan perundingan dengan Palestina merupakan strategi politik mengulur -ulur waktu saja sambil menunggu hasil pilpres AS 5 November 2024,sementara bagi Joe Biden ajuan proposal gencatan senjata tiga tahapan itu tidak lebih hanya serangkaian upaya untuk merangkul kembali komunitas muslim dan warga AS yang pro Palestina dan komunitas anti perang lainnya menjelang pilpres AS .

Sekiranya Tel Aviv dan Gedung Putih serius hendak untuk melanjutkan perundingan dengan para pejuang kemerdekaan Palestina tentu saja PM.Benyamin Netanyahu tidak semakin massiv melancarkan genosida dijalur Gaza dan tebing barat palestina yang sekarang ini sudah menewaskan warga sipil lebih 40000 orang,91,500 lainnya menderita luka-luka yang 70 persen diantaranya terdiri dari wanita dan anak-anak.Bahkan Zionis Israel menargetkan pembomannya ke sekolah-sekolah yang menewaskan ratusan jiwa ,Rumah sakit, dokter para medis ,266 staff PBB,ratusan para jurnalis turut menjadi korban keganasan Tel Aviv.Sedangkan AS pendukung utama Zionis Israel terus menerus memasok mesin perangnya kepada Tel Aviv yang digunakannya untuk melancarkan genosida dijalur Gaza dan tebing barat Palestina.

Berbagai informasi yang simpang siur yang kemungkinan besar sengaja direkayasa itu seakan-akan pihak pejuang kemerdekaan Palestina yang kini dipimpin Yahya Sinwar setelah tewasnya Ismael Haniyyah di Teheran,31 Juli 2024 akan menghadiri pertemuan tersebut. Salah seorang petinggi Hamas di Libanon,Mohammad Abdul Hadi membantahnya dengan mengatakan bahwa pemimpin tertinggi biro politik Hamas Yahya Sinwar belum mengeluarkan kometmen apapun dan berbagai informasi yang beredar itu tidak benar melainkan hanya hock belaka.

Ksediaan Zionis Israel untuk melanjutkan perundingan sesuai proposal gencatan senjata ajuan AS,Mesir dan Qatar itu sebagai strategi untuk menyelamatkan karir politiknya belaka bersamaan  menutupi kegagalan IDF di jalur gaza.Walaupun lama ditutupi namun kegagaalan itu semakin jelas dengan keluarnya informasi resmi dari Zionis Israel .Menurut data resmi dari Departemen Rehabilisasi bahwa selain 690 personal tentara IDF termasuk perwiranya tewas dan 330 personal diantara tewas di jalur Gaza.Laporan resmi itu merilis bahwa 10566 personal tentara IDF menderita luka-luka serius,3700 menderita luka anggota tubuh,192 menderita luka kepala,168 menderita luka mata,690 cedera tulang belakang,50 harus diamputasi .

Laporan Departemen Rehabilitasi yang terperinci itu menyebutkan pula bahwa 35 persen personal Zionis Israel menderita depresi,stres berat ,dan 37 persen lainnya mengalami cedera anggota tubuh permanen,68 persen personal IDF yang mengalami cedera itu terdiri dari tentara cadangan  yang berusia muda.Lebih rincinya lagi Departemen Rehabilisasi Zionis israel menyebutkan bahwa 68 persen pasukan cadangan yang menderita luka -luka diantaranya 51 persen yang berusia antara 18 -30 tahun dan 31 persen berusia antara 30-40 tahun ,sementara 28 persen personal Zionis Israel menderita gangguan mental.Untuk menutupi kegagalan itu PM.Benyamin Netanyahu bersama Joe Biden di Washington membahas strategi tersebut  dalam rangka menyelamatkan karir politik masing-masing.Bagi PM.Benyamin Netanyahu siasat licik itu dilakukan untuk meredam berbagai unjuk rasa yang dilancarkan warga Zionis Israel menuntut pengunduran dirinya .Sementara bagi  Joe Biden hal itu dilakukannya untuk mendongkrak suara Kamala Harris capres Partai Demokrat dalam melawan Donald Trump capres Partai Republik di pilpres 5 November 2024 mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline