Dalam suatu pertemuan di ibukota Austria ,Wina Sekjen PBB Ban Kie Moon didepan pemuka-pemuka agama dunia mendesak supaya terjadi saling pengertian dan pemahaman antara semua umat beragama di seluruh dunia.Pertemuan di kota Wina,Senin 26 November 2012 sebagai awal peluncuran suatu badan kerjasama antara umat beragama yang di sponsori Saudi Arabia itu ,sehingga lembaga itu kemudian dinamakan sesuai dengan nama Raja Arab Saudi itu,Abdullah.
Sekjen PBB,Ban Kie Moon asal Korea Selatan juga menuding berbagai krisis yang terjadi di Suriah,Gaza ,dan Mali memperlihatkan bertapa pentingnya kelompok-kelompok yang berbeda-beda itu untuk bekerjasama saling pengertian dibanding kebencian, ujar Ban Kie Moon di depan para pemuka berbagai agama dunia tersebut. Tetapi dalam peluncuran lembaga itu, Sekjen PBB Ban Kie Moon tidak menyinggung konflik antara umat beragama di Nigeria,Boko Haram ataupun Konflik Muslim Rohingnya di Rohkine(Burma).
Dalam pidatonya , Sekjen PBB juga menyatakan bahwa salah satu faktor sebab terjadinya konflik Suriah karena dimensi-dimensi sekterian yang meresahkan sehingga sulit diselesaikan. Begitu juga konflik terus berlanjut antara Zionis Israel dan Palestina di jalur Gaza,tanpa mengecam Zionis Israel sebagai negara yang telah melakukan berbagai kejahatan kemanusian dan terus menjajah Palestina .
Dalam konteks konflik Suriah Sekjen PBB , Ban Kie Moon tindak menyinggung dampak dukungan AS dan sekutunya terhadap kelompok oposisi,sebagaimana halnya dukungan Rusia,Tiongkok ,Iran terhadap rejim Damascus.Konflik Suriah terjadi antara warga Suriah yang mayoritas Suni dan pemerintah Bashar Al Asad rejim minoritas Alawiyyin dukungan minoritas Kristen Syria. Sekarang berbagai negara Barat justeru mempersenjatai kelompok oposisi dalam melawan rejim Damascus dukungan Russia, Tiongkok dan juga Republik Islam Iran.
Dalam kontek ini PBB perlu mengambil langkah-langkah politik untuk mendukung lembaga kerjasama antara umat beragama tersebut, sehingga berbagai konflik yang terjadi antara umat beragama yang sebagiannya justeru sebagai ekses-ekses politik juga itu bisa diselesaikan secara bertahap.Banyak komflik yang terjadi antara umat beragama justeru mulanya di picu oleh ekses-ekses politik, karena agama di jadikan sebagai "kenderaan politik"untuk merangkul simpatisan dari mayoritas para pemeluk agama di kawasan tersebut Ataupun sebaliknya, para elite politik membawa-bawa agama untuk meraih suara dari mayoritas rakyat yang memeluk agama tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H