Lihat ke Halaman Asli

Nurdian

Penulis Bebas

Lebaran Lebih Baik di Rumah atau Terserah?

Diperbarui: 21 Mei 2020   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shalat Ied (Sumber: wowbabel.com)

Dengan menghela nafas panjang rasanya ini semua sulit dipercaya, lebaran tahun ini harus beda dari biasanya bahkan dalam seumur hidup saya baru kali ini yang paling berbeda jauh. 

Membuka aplikasi medsos sudah banyak bertebaran Surat Keputusan dari berbagai instansi pemerintah Daerah tentang protokol pelaksanaan Sholat Ied. Ada yang memperbolehkan tetap dilaksanakan ada namun dengan protokol khusus, namun ada juga yang memilih tidak melakukan shalat ied berjamaah.

Membaca surat - surat tersebut dalam hati saya bertanya - tanya apakah ini semua ujian bagi kita semua? Apakah sudah terlalu banyak kedzaliman kita sebagai manusia, sehingga kita semua tak ada yang tahu kapan ini berakhir? Semua orang hanya bisa berspekulasi ada yang bilang ini bisa berakhir ada yang bilang bahwa wabah ini tidak akan pernah berakhir, hingga akhirnya kita harus berdampingan dengan virus Covid-19 ini.

Shalat Ied tentu saja berbeda dengan shalat - shalat biasanya, dimana banyak orang datang dengan berbondong - bondong meluruskan barisan dan merapatkan barisan, mengumandangkan takbir melakukan shalat dan mendengarkan ceramah sang khotib dan sampai akhirnya tradisi yang sangat khas yaitu bersalam - salaman saling meminta maaf bahkan berpelukan, cipika cipiki sampai menangis tersedu - sedu. Namun sepertinya untuk tahun ini kita harus banyak mengurangi tradisi tersebut yaitu dengan menjaga jarak.

Sebagai manusia tentunya kita sangat menjunjung tinggi hari - hari perayaan besar terutama Hari Raya Idul Fitri bagi umat muslim tentunya, semua persiapan disiapkan sebaik mungkin jauh - jauh hari, mulai dari makanan, pakaian, tempat, uang, jadwal acara dan lain - lain. 

Namun siapa yang menyangka untuk lebaran tahun ini akan terasa biasa - biasa saja karena kontak fisik atau kedekatan jasmani yang menjadi nilai krusial di momen ini harus benar - benar dibatasi, agar mengurangi penularan virus Covid19.

Tradisi lain yang tak kalah penting adalah mudik dari luar daerah ke tempat tinggal asal / orang tua, bersilaturahmi dengan orang tua. Seperti yang kita ketahui bahwa larangan mudik sudah disosialisasikan dari awal bulan ramadhan. 

Semua orang sebenarnya mau tidak mau harus mengikuti anjuran pemerintah tersebut dengan rasa penuh kesedihan dan kekecewaan karena kita semua tahu bahwa jika masyarakat tidak menuruti anjuran ini, bisa jadi setelah lebaran akan terjadi lonjakan pasien positif Covid19 dan banyak wilayah kota/kabupaten baru berstatus pandemi selain kota - kota yang saat ini berstatus kota/kabupaten berstatus pandemi Covid19.

Sebagai umat muslim tentu saja akan menganggap bahwa ini adalah ujian dari Allah SWT yang menguji kepatuhan kita, dimana jika kita semua patuh akan meningkatakan presentase wabah ini cepat berlalu bahkan ini terbukti dinegara - negara lain yang tingkat kedisiplinan warganya tinggi dalam menerapkan pembatasan fisik antar warganya, maka dari itu di Lebaran tahun ini kita tetap menjaga pembatasan fisik antar individu. Bisa jadi untuk Lebaran tahun ini yang berbeda namun untuk lebaran kedepan jika kita patuh pasti akan kembali seperti semula dengan nilai - nilai relijius yang tinggi penuh keceriaan dan kebahagiaan, karena jujur saya sangat merindukan lebaran yang seperti dulu.

Kita selamatkan dulu kita dan keluarga kita dari virus Covid19 sesuai anjuran yang telah disampaikan pemerintah. Itu menjadi poin penting agar kita tidak saling menularkan apa lagi di momen lebaran tahun ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline