Di zaman era perang ekonomi saat ini sangat kental sekali persaingan dalam dunia perdagangan, dari kelas terkecil sampai ke tingkat yang terbesar. Tak ayal semua teknik pemasaran digunakan baik dengan cara yang umum digunakan maupun yang aneh sampai nyleneh kadang digunakan demi memperoleh pembeli bagi produk mereka.
Sosial media saat ini menjadi lahan basah untuk memasarkan produk mereka seperti WA, Facebook, Instagram, Twitter dll bahkan sms text dan pemasaran by telephone masih digunakan.
Namun bagaimana teknik marketing yang baik itu? Tentu saja semua teknik pemasaran itu baik karena tujuan utama dari teknik marketing itu pembeli mau membeli produk sang penjual.
Namun penulis tertarik dengan teknik pemasaran menggunakan pola komunikasi, bisa saya sebut teknik ini sangat rapih, terstruktur, sistematis dan masif. Penjual ini tidak menjelaskan keunggulan dari produk yang mereka jual, namun dia menjual cerita yang ada dalam produk tersebut.
Sebagai contoh saya memiliki sahabat bernama Aziz Aminudin, dia memiliki sebuah produk kaos sablon yang ada di Grup Kompasiana Brebes, namun dia dan sahabatnya Bapak Bahrul Ulum membuat agenda membuat kaos Kompasianer Brebes. Dan hanya bermodal design kaos dan beberapa kalimat penghantar dan dalam hitungan detik puluhan orang langsung memesan kaos tersebut.
Dari pengamatan penulis para pembeli ini tidak membeli karena mereka butuh, karena pastinya mereka punya banyak kaos dirumah bahkan lebih mahal namun mereka mau berbondong - bondong membeli kaos ini karena cerita yang ada dibalik kaos tersebut. Mereka tidak menanyakan kualitas kaos seperti apa mengenai produk, paling yang hanya ditanyakan adalah ukuran kaos yang mereka pesan.
Aziz Aminudin sebagai penjual tidak pernah mempromosikan kaos ini bagus dan lain - lain seperti yang dilakukan oleh iklan yang menerangkan keunggulan produk seperti biasanya walaupun pada kenyataannya memang kualitas kaos tersebut sangat baik, karena harga yang diajukan setara dengan apa yang didapatkan.
Dari puluhan orang yang membeli tidak ada satupun yang mengajukan nego harga. Di sini terlihat bahwa secara emosional para pembeli mau membayar mahal demi sebuah cerita / sejarah suatu barang.
Sejak penawaran kaos di floorkan di Group Whatshapp Kompasianer Brebes, saat ini sudah 27 kaos sudah diproduksi, 5 diantaranya sudah diambil tidak meutup kemungkinan akan bertambah para pembelinya karena akan ada banyak even Kompasianer Brebes yang akan diadakan jadi bagi yang ingin membeli kaos tersebut pembeli bisa membeli kaos tersebut di Shopee dengan kata kunci pencarian "Kaos Kompasianer Brebes" nama akun mpc_multiolshop, jadi sewaktu - waktu jika ada kompasianer yang ingin bergabung dalam group tersebut bisa memesan langsung di akun tersebut.
Dari situ penulis belajar sebuah teknik marketing yang mempengaruhi pembelinya tidak hanya dengan mendeskripsikan keunggulan barang.