Lihat ke Halaman Asli

Hari Ini Aku Diadili

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku mencari surat undangan pelatihan jurnalistik di ruang para Wakasek, seseorang terus mengucapkan pembelaan terhadap guru yang memukul itu.

"Shella itu bermain-main dengan temannya saat belajar. Ibu (dia menyebut nama guru itu) memukulnya, tetapi dengan lembut pada bahunya. Setelah itu Shella memukulkan bukunya ke meja, marah. Pantaskah siswa berlaku seperti itu di depan guru?"

"Tetapi pukulan itu telah membuat sakitnya kambuh. Setelah itu dia merintih dan menangis tidak sanggup berdiri lagi di samping perpustakaan. Dia dipapah temannya. Itu akibat dari pukulan itu. Dia tidak boleh dipukul, apalagi diejek, atau dimarahi."

Lalu seorang lainnya datang. Seorang guru senior.

"Kita harus tegas pada siswa. Jangan terlalu dekat dengan mereka!" kata guru itu.

"Ketegasan dan kedisiplinan dibutuhkan tetapi bukan dengan cara kekerasan, bentakan, dan hinaan (meskipun tidak ada penghinaan aku menyebut itu sebagai penguat). Bagaimana aku bisa memahami siswa kalau tidak bersahabat dengan mereka?!" aku berargumentasi.

Selama ini aku hanya diam jika ada orang yang lebih tua dariku mengutarakan keyakinannya kepadaku. Tetapi hari ini aku melawan dan menunjukkan pendapatku.

Paradigma mendidik yang kupahami berhadapan dengan paradigma lama yang terus dipertahankan. Aku berada dalam wilayah yang bertentangan dengan semua keyakinanku.

"Bagaimana kalau siswa melawan Anda? Apakah Anda tidak melawan atau marah?" tanya guru itu.

"Mereka tidak akan melawanku. Mereka sahabat-sahabatku!"

Orang yang menghina kita, atau melawan kita, bukanlah orang normal. Mereka sedang sakit, sakit jiwanya, sakit hatinya, makanya mereka harus dikasihani, bukan diperlakukan kasar.

"Dia memperlakukan Shella seperti itu karena sayang," seorang guru berkomentar.

Pukulan bukan cara mendidik apapun alasannya. Tujuan kita mendidik untuk membawa anak kepada kebaikan yang kita yakini, membantu mereka berubah, tetapi cara kita tidak tepat. Anak-anak yang selalu dipukul, dibentak, dimarahi, akan tumbuh menjadi anak seperti kita juga, bahkan bisa menjadi lebih kejam dan kasar. Kita telah menunjukkan kepada mereka cara mendidik yang salah.

Apakah Nabi pernah memukul? Tidak, karena anak-anaknya tidak nakal. Kenapa anak-anaknya tidak nakal? Karena Nabi merupakan teladan yang lembut kepada anak-anak.

Passanderang, 26 November 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline