Lihat ke Halaman Asli

Sakeco Salah Satu Kearifan Lokal Suku Samawa yang Dikembangkan pada Mata Pelajaran Kesenian

Diperbarui: 8 April 2016   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

OLEH : NURBAITI

Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari Lawas. Sakeco banyak digemari oleh masyarakat (Tau Samawa) Sumbawa. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya dan masing-masing memegang satu rabana (rebana). Rebana yang digunakan adalah bisa Rabana Ode atau Rabana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar). Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung yang akan digunakan. Hanya saja, pada saat Sakeco, rabana yang digunakan harus sejenis.

Perbedaan penggunaan dua jenis rabana ini karena perbedaan Temung (nada lagu), dan isi Sakeco. Rabana Ode lebih lincah, agresif, lebih variatif, dan jika ditabuh maka akan lebih cepat. Rabana Ode biasa dipakai untuk memainkan temung Sakeco Ano Rawi, sedangkan Rabana Kebo selain mengeluarkan suara lebih besar, temponya lambat, dan juga lebih monoton dari segi nada. Rabana Kebo biasanya digunakan oleh sebagian besar orang Sumbawa Ano Siup.
 Sakeco merupakan seni yang sangat luwes dan dinamis dibandingkan dengan yang lain. Sakeco dapat dimuati oleh Lawas Nasihat (pamuji); Lawas Tau Loka, Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam bentuk tutur (cerita naratif).

Di Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat pada mata pelajaran kesenian pengalaman yang saya dapatkan ketika masih SMA kami mempraktikan sakeco ini agar kita bukan saja tahu dari kearifan lokal di suku samawa akan tetapi bagaimana bisa mempraktikan kearifan lokal tersebut yang bisa dikembangkan pada mata pelajaran kesenian yakni salah satunya sakeco. Biasanya Pada hari lahir atau Ulang Tahun  kabupaten Sumbawa barat tepatnya pada tanggal 25 November diadakan acara parade budaya di kemutar telu center (KTC). Parade budaya ini tidak hanya berupa tarian akan tetapi pada hari tersebut bagaimana kita mengenal budaya suku samawa dan siswa –siswi juga ikut berpartisipasi dalam memeriahkan parade budaya tersebut. Dengan mempraktikan apa yang sudah dipelajari pada mata pelajaran kesenian yakni sakeco. Rangkaian kegiatan inti dalam rangka memperingati Harlah KSB ke-11 adalah pelaksanaan upacara, Lomba burung berkicau, Lomba Karapan Kebo, Fun Bike, Festival Budaya KSB, Upacara, Aliansi Pemusik KSB Bersatu/Pelepasan Lampion, Malam Hiburan Rakyat/Pemutaran Film Dokumenter KSB.

Masyarakat suku samawa tetap melestarikan kearifan lokal yang dimilikinya walaupun kebanyakan yang kita tahu bahwa generasi muda sekarang mulai lentur dari budaya yang dimilikinya karena terpengaruh dengan budaya barat di era globalisasi ini mulai dari gaya bahasa ,cara berpakaian, maupun prilaku dalam kehidupannya yang mengikuti perkembangan zaman dan tidak disadari bahwa budaya yang melekat dalam masyarakat itu dilupakan atau bisa dikatakan dianggap tidak penting.

Kita ketahui bahwa pentingnya kearifan lokal suku samawa di kembangakan baik pada pendidikan formal, informal, maupun nonformal agar generasi muda yang akan menjadi penerus untuk kemajuan dan sebagai agen perubahan bisa tetap melestarikan kearifan lokal yang dimilikinya walaupun terkadang banyak hambatan-hambatan salah satunya banyaknya budaya asing bisa merubah masyarakat suku samawa jika tidak bisa mempertahankannya.

Dengan demikian melihat hal tersebut Budaya Sakeco harus dilestarikan dan dikembangkan, sebab jika semua itu tidak dilakukan, maka budaya sakeco pada daerah yang menciptakannya, akan akan kurang dikenal oleh masyarakat setempat. Dan juga, harus adanya perhatian dari pemerintah. Karena dukungan pemerintah terhadap budaya sakeco sangatlah mendukung . Semua itu demi kemajuan budaya daerah Sumbawa Barat.

 

Sumber Refrensi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline