Lihat ke Halaman Asli

175 KM dari Masa Lalu

Diperbarui: 13 Agustus 2016   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tinggal di Ponorogo dan membaca berita penayangan perdana restorasi film Tiga Dara menumbuhkan dua kegelisahan : pertama, bisa nonton apa tidak. Kedua, siapa yang akan saya ajak nonton.

Kegelisahan pertama langsung menjadi kekecewaan, cinemaxx ponorogo tidak atau belum ada dalam list pemutaran. Bioskop terdekat, solo dan jogja. Jarak sekitar 175 km harus saya tempuh untuk menonton. Dan itu tidak mungkin karena kesibukan pekerjaan. Kesibukan yang harusnya bisa mengalah karena sebenarnya saya hanya berjarak 175 km saja dari masa lalu. Menonton restorasi film tiga dara tidak hanya persoalan hiburan tapi menyelami masa lalu indonesia. Persoalan menjadi Indonesia.

Kegelisahan kedua belum menjadi kekecewaan. Tentang siapa yang saya akan ajak nonton itu penting. Saya kepikiran untuk mengajak orang yang mengalami muda saat tiga dara tayang perdana dulu. Saya butuh melihat sebuah ingatan yang kembali dan menjadi cerita-cerita yang melengkapi film tiga dara.  Mengapa soal masa lalu ini penting? Karena ini tentang ingatan. Penyikapan kita akan ingatan kita adalah kualitas kedewasaan. Apakah Ingatan hal baik akan menjadi kenangan saja atau pemujaan? Apakah ingatan buruk menjadi trauma atau malah menjadi semangat konstruktif?

Dan bagi anda yang hanya beberapa meter dari masa lalu, jangan lewatkan. Apalagi para kenthirer sedang bikin event menulis tentang restorasi film tiga dara berhadiah gede. Tunggu apalagi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline