Lihat ke Halaman Asli

Kursi Penuh Bangsat

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kursi itu sudah tua. Kursi kesayangan semua orang. Sangat nyaman dan rasanya sangat pas. Tidak ada busa empuk, hanya kursi kayu yang tua dengan busa yang tipis. Semua berebut duduk di kursi itu jika masuk ruangan ini. Aku sendiri tak berambisi. Namun siang ini lain. Semua orang gatal-gatal. Ada bangsat di kursi ini. Menggerogoti darah semua orang yang duduk di kursi. Bangsat nama lainya Kutu Busuk atau Kepinding. Aku tersenyum sendiri melihat sumpah serapah orang sehabis duduk di kursi tua ini.


"Hari ini saya meniadakan jabatan wakil direktur, bukan apa-apa, wakil direktur kita sangat baik, tapi semua orang yang berhubungan dengannya tidak becus dan malah menggerogoti jabatan wakil direktur. saya tidak akan menunjuk nama. anda akan tahu sendiri."


Owner perusahan sudah bersabda. Jabatan wakil direktur sudah dihapus seperti kursi tua penuh bangsat yang hari ini dibuang. Kursi dan jabatan yang dibuang. Hari yang sangat menarik buatku.


"To, bikinin saya kopi yah."


manajer operasional memerintah sambil mengurut kepalanya. aku mengangguk saja dan segera pergi membuatkan kopi.


***


"Kursi ini enak sekali ya pak. pasti dulunya mahal"


Setelah seharian berkutat memberantas bangsat, akhirnya aku sedikit bisa menyenangkan istriku. ah kursi itu memang nyaman.


*belajar FF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline