Lihat ke Halaman Asli

Saya Memang Ganteng

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Seribu Tahun yang lalu Tuhan sudah tahu kita akan bertemu hari ini. Dan untuk pertemuan hari ini, Tuhan telah menyiapkan banyak hal, termasuk filsuf-filsuf dan semua hal mengerikan yang pernah terjadi di dunia ini. Dan apakah semua itu disiapkan untuk diskusi kita yang menarik hari ini? Apanya yang menarik? Ketika kita membicarakan nasib buruh-buruh untuk sekedar menambah kenikmatan kita minum kopi? Bagi saya, itu semua hanya pelecehan demi pelecehan pada Tuhan.”

Dosen ini membuka perkuliahan pertamanya dengan hal yang benar-benar mengejutkanku. Aku tidak pernah kepikiran seperti yang dia pikirkan. Hari ini kuliah pertamaku. Dosen ini masih sangat muda dan ganteng. Jins dan kemeja putih membuatnya terlihat sangat bersih. Frame hitam tipis kacamatanya membuat wajahnya semakin bersih. Dan senyumnya, ufh manis sekali. Sekalipun dia membuka dengan sebuah tawaran pemikiran yang menarik. Tuhan telah menyiapkan pabrik jins dan kemeja putih itu untuk membuatnya menarik buatku. Aku tersenyum sendiri.

“Anda. Apa yang anda senyumkan?”

Tuhan. Dia menatapku tajam.

“Saya pak?”
“Iya Anda! Kenapa anda tersenyum?”

Duh,

“mmm, tidak ada pak ..”

Akhirnya aku jawab sekenanya walaupun aku tahu jawabanku akan membuatnya semakin banyak bertanya.

“Tidak ada? Anda tersenyum dan tidak tahu apa sebabnya? Manusia macam apa anda?”
“mmm, maksud saya, saya tidak punya maksud apa-apa ..”

Wajah gantengnya berkerut kening. Ah, masih ganteng juga walau berkerut kening.

“Apa maksudnya? Tolong jelaskan pada kelas. Coba anda maju ke depan”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline