Lihat ke Halaman Asli

Patwal dan Pejalan Kaki

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

siang terik berdebu hiasan hasrat belanja yang menggebu
kota ini masih tersenyum ketika manusia-manusia luar kota menyerbu
yang terpenting akan banyak tumpukan kertas juta dan ribu
jutaan warna tersebar ke pori-pori kota dari agak merah hingga semu abu-abu

aku menyusuri kusamnya barisan gedung tua
berharap bayangannya menangkal terik yang panasnya sampai ke dada
menyeberang sini menyeberang sana
sebuah langkah tua dari kaki tua diantara gedung tua

aku menekuri bunyi yang tiba-tiba merona
barisan mobil-mobil hitam dalam kawalan yang mempesona
ada yang penting, hingga semua harus minggir, hanya boleh diam terpana
tidak seperti diriku dan hidupku yang merana

seusai bunyi aku mencoba berdendang
menyusuri trotoar, mencipta jejak tidak jelas supaya terik memanggang
tiba-tiba tak percaya pada mataku, rombongan penting sudah menghadang
di halaman sebuah bakery ternyata mereka bertandang

jadi? mereka meminggirkan semua orang di jalan hanya untuk belanja roti?
jadi? mereka meriuhkan terik di jalan hanya untuk perut terisi?
jadi? mereka menyuruh kerja polisi untuk liburan mereka sore ini?
jadi? .... ah hidup meranaku tak sanggup menjawab ini

*untuk bapak tua di trotoar sore ini. kita sama pak, pejalan kaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline