Syekh makdum wali adalah seorang bangsawan dan ulama yang ditunjuk Sultan Demak Raden Patah untuk menyiarkan Islam di wilayah Kadipaten Pasir Luhur (sekarang Banyumas).Kami mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto telah melaksanakan sebuah observasi di Makam Syekh Makdum Wali yang berlokasi di Karang Lewas. Disana, kami menemui juru kunci yang bernama Mbah Achmad Jufri, yang telah menjadi juru kunci selama tiga belas tahun.Menurut juru kunci, Syekh Makdum Wali berasal dari Demak. Beliau diutus oleh Raden Patah Demak untuk menyebarkan agama Islam ke Kadipaten Pasir Luhur pada abad kelima belas. Yang diartikan berada di zaman yang sama dengan Wali Sanga. Sementara dulu, Kadipaten Pasir Luhur dipegang oleh Raden Banyak Blanak yaitu sebagai adipati dan adiknya yaitu Raden Banyak Geleh sebagai patih. Raden Banyak Blanak dan Raden Banyak Geleh merupakan keturunan kelima dari Raden Kamandaka Pajajaran, Jawa Barat. Dalam istilah sekarang, hubungannya seperti canggah.
Setelah Syekh Makdum mendapat amanah dari Raden Patah Demak, beliau kemudian berangkat dan menemui Raden Banyak Blanak dan Raden Banyak Geleh. Saat bertemu, beliau menyampaikan amanah dari Raden Patah Demak. Menurut penuturan juru kunci, Syekh Makdum Wali menyampaikan bahwa beliau diutus oleh Raden Patah Demak ke Kadipaten Pasir Luhur untuk untuk menyebarkan agama Islam di Kadipaten Pasir Luhur ini. Kemudian beliau menanyakan kerelaan dari mereka berdua. Jawaban dari Raden Banyak Blanak dan Raden Banyak Geleh seolah sudah mendapat petunjuk dari Allah SWT dan mendapat hidayah-Nya sehingga mudah diterima dan kemudian berjabat tangan sebagai tanda penyambutan dan penerimaan. Raden Banyakblanak dan Raden Banyakgeler pun membaca dua kalimat syahadat dan masuk Islam.
Setelah adanya penerimaan kepada Syekh Makdum Wali, Raden Banyak Blanak dan Banyak Geleh pun memulai perjuangan menyebarkan agama Islam bersama Syekh Makdum dengan cara kewaliannya dulu. Bentuknya macam-macam, ada yang pmenggunakan gending, ada yang menggunakan terbangan, menyelenggarakan pengajian dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan daya tarik bagi masyarakat yang belum mengerti Islam.
Sebelum Islam datang, penduduk Kadipaten Pasir Luhur kebanyakan memeluk agama Hindu dan Budha. Singkat cerita dalam pertengahan perjuangan, Raden Banyak Blanak dipanggil ke Demak oleh Raden Patah untuk pemberian gelar yaitu Pangeran Senopati Mangkubumi I. Mengetahui kabar ini, Syekh Makdum ikut merasa bangga sebab gelar Senopati dalam kadipaten merupakan pangkat yang paling tinggi.
Pada zaman dahulu, kadipaten Pasir Luhur itu luasnya bukan kepalang sehingga agak sulit untuk membuat semua orang masuk Islam, termasuk anak dari Pangeran Senopati Mangkubumi I yang bernama Raden Banyak Tole. Dalam penyebarannya, manusia di zaman dulu dan sekarang itu sama saja, apabila ada suatu pendapat pasti ada yang cocok dan tidak cocok termasuk putra Pangeran Senopati Mangkubumi I.
Raden Banyak Tole awalnya sudah masuk Islam, tetapi ia terkena pengaruh orang-orang yang belum masuk Islam hingga ia memutuskan keluar dari Islam dan melakukan perlawanan terhadap ayahnya sendiri, yaitu Pangeran Senopati Mangkubumi I bersama sebagian bala tentara yang juga belum masuk Islam. Maka terjadilah perlawanan antara kubu bapak dan anak.
Raden Banyak Tole mengalami kekalahan karena pasukannya yang masih sedikit dibandingkan pasukan Pangeran Senopati Mangkubumi I yang juga dibantu oleh pasukan dari Demak. Pertama hanya ada perlawanan kecil, belum ada korban karena istilahnya masih kejar-kejaran. Raden Banyak Tole lari ke Selatan, lalu ke Timur sampai ke daerah Kebumen kemudian sampai ke desa Petanahan. Di desa Petanahan Raden Banyak Tole meninggal dunia dan dikebumikan di sana juga.
Kabarnya ini begitu cepat sampai kepada Pangeran Senopati Mangkubumi I, hal ini membuat Pangeran Senopati Mangkubumi I merasa sedih dan kecewa karena anaknya meninggal dalam keadaan murtad. Akibat dari beban pikiran yang sedih dan kecewa yang mendalam, Pangeran Senopati Mangkubumi I menjadi sakit-sakitan hingga meninggal dunia dan dimakamkan di Pasir Luhur.
Setelah kejadian ini, Syekh Makdum memanggil adik dari Pangeran Senopati Mangkubumi I, Raden Banyak Geleh yang kemudian diminta untuk meneruskan perjuangan dari kakaknya. Raden Banyak Geleh mau untuk meneruskan perjuangan dengan meminta satu janji kepada Syekh Makdum. Janjinya yaitu, apabila Raden Banyak Geleh meninggal, beliau ingin dimakamkan bersama Syekh Makdum. Janji ini disanggupi oleh Syekh Makdum dan disaksikan oleh warga Pasir Luhur.
Dalam pertengahan perjuangan, Raden Banyak Geleh juga dipanggil oleh Raden Patah ke Demak dan diberi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi II. Setelah pemberian gelar tersebut, beliau kembali pulang ke Pasir Luhur dan bertemu Syekh Makdum untuk kembali melanjutkan perjuangan.
Pada tanggal 2 Sya'ban, Kanjeng Syekh Makdum meninggal dunia yang tanggalnya ini sekarang diperangti menjadi haul. Selang beberapa hari, Pangeran Senopati Mangkubumi II juga meninggal. Sesuai janjinya yang disaksikan oleh warga Pasir Luhur, Pangeran Senopati Mangkubumi II dimakamkan bersama istilahnya berjejer.