PENDAHULUAN
Bagi perempuan, masa menstruasi adalah masa yang sangat membuat tidak nyaman dan menyakitkan terlebih di hari awal-awal mengalami menstruasi. Hal tersebut dikarenakan nyeri yang muncul ketika sedang haid atau yang biasa disebut dismenorea. Dimana nyeri tersebut biasanya dirasakan terutama di bagian perut bagian bawah yang dapat menyebar sampai ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas hingga betis. Tak dapat dipungkiri, nyeri tersebut juga disertai kram perut yang menyakitkan akibat kontraksi otot pada rahim yang terjadi secara terus menerus pada saat proses pengeluaran darah menstruasi dari dalam rahim. Adanya aktivitas kontraksi otot yang terjadi di dalam rahim tersebut menjadikan otot-otot menegang sehingga timbulah rasa sakit atau nyeri. (Anggaraeni, Kencana and ..., 2022)
Para ahli mengkategorikan disminorea mejadi dua yakni disminorea primer dan sekunder. Disminorea primer sendiri merupakan nyeri haid yang biasanya terjadi selama 12 bulan atau lebih, yang dirasakan tanpa adanya kelainan pada organ reproduksi. Jenis disminorea ini dimulai sejak haid yang pertama. Namun terdapat juga sebagian perempuan yang selalu merasakan nyeri setiap kali haid datang. Menempelkan sesuatu yang hangat pada bagian perut yang terasa nyeri merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Faktor penyebab terjadinya dismenorea primer dapat berupa kondisi psikolog, kotitusi, endokrin atau hormonal, dan alergi. Adapun disminorea sekunder merupakan nyeri haid yang terjadi karena adanya penyakit atau kelainan pada organ reproduksi. Nyeri pada dismenorea ini dapat dirasakan baik sebelum, selama, maupun sesudah haid. Faktor penyebab terjadinya disminorea sekunder dapat berupa infeksi pada saluran penghubung rahim dengan kandung telur yang telah terjadi sejak lama atau yang biasa disebut salpingitis kronis. Kondisi demikian sering ditemukan pada wanita berumur 30-35 tahun. Dalam upaya penanganan jenis disminorea ini , sangat diperlukan untuk melakukan konsultasi ke dokter dengan antibiotik dan antiradang (Laila, 2011) dalam (Katharina, Pebrianti and ..., 2022).
Kasus dismenorea yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi khususnya dismenorea kategori primer. Dimana dari angka 64,3% kasus dismenorea yang terjadi di Indonesia, 54,89% diantaranya adalah dismenorea primer sedangkan sisanya yakni 9,36% adalah dismenorea sekunder (Sophia, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mulastin (2011) di SMA Islam Al-Hikmah Jepara didapatkan prevalensi gejala dismenore primer yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 96,3%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di SMPN 7 Kota Sukabumi didapatkan prevalensi kasus dismenore sebesar 81,2% (Ayu, 2011).
Oleh karena banyaknya kasus dismenore primer yang terjadi di Indonesia, maka kita perlu mengetahui berbagai faktor resiko serta faktor yang dapat mengatasi terjadinya dismenore primer tersebut. Faktor yang dapat mengatasi terjadinya dismenore primer tersebut salah satunya adalah asupan zat gizi berupa makro mineral yaitu kalsium dan magnesium. Dua jenis makro mineral tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kontraksi dan relaksasi otot uterus (Yanuarti and Sos, 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis membuat artikel ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ketercukupan kalsium dan magnesium dalam tubuh terhadap tingkat nyeri haid yang dirasakan oleh perempuan, khususnya kategori dismenore primer.
PEMBAHASAN
Pada tubuh manusia, terdapat zat analgesik, dimana pada ambang tertentu bisa untuk mengatasi rasa nyeri. Namun karena adanya faktor risiko yang berbeda-beda pada setiap individu, sehingga menyebabkan perbedaan intensitas dismenore primer. Adapun faktor risiko tersebut meliputi siklus menstruasi, lamanya menstruasi, usia menarche, riwayat keluarga, kebiasaan olahraga dan asupan gizi (Nahra, Husnah and Andalas, 2019). Asupan gizi sebagai faktor risiko dismenore primer dapat dikontrol dengan upaya menjaga asupan makanan yang mengandung vitamin dan mineral. Kalsium dan magnesium merupakan mineral yang dapat mengurangi nyeri dismenoreprimer dengan mempengaruhi kontraksi dan relaksasi otot polos uterus sehingga memperbaiki aliran darah pada uterus yang telah mengalami hipoksia. Secara detail, manfaat dari masing-masing makro mineral tersebut (kalsium dan magnesium) adalah sebagai berikut.
Manfaat Kalsium dalam Mengatasi Dismenore Primer
Tingkatan rasa nyeri ketika menstruasi dapat dikurangi dengan asupan kalsium yang cukup (Wati, 2022). Lapisan tengah dari uterus atau yang biasa disebut miometrium terdiri atas otot polos yang kontraksinya sebagian besar dipengaruhi oleh ion kalsium. Kram dapat terjadi karena otot tidak dapat melakukan relaksasi setelah kontraksi, yang disebabkan oleh kurangnya konsentrasi ion kalsium dalam darah (Octalia, dkk, 2020). Menurut Hidayati (2016) dalam Yuriati (2009) menyatakan bahwa kalsium merupakan zat yang sangat diperlukan untuk kontraksi otot. Pada saat otot berkontraksi, kalsium berinteraksi dengan protein aktin dan myosin di dalam otot. Dimana ion kalsium tersebut memberikan kekuatan menarik antara filamen aktin dan myosin tersebut, sehingga menimbulkan gerak bersama-sama dan terjadilah kontraksi. Setelah kurang dari satu detik, kalsium dipompakan kembali kedalam reticulum sarkoplasma yakni tempat dimana ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi. Menurut penelitian Utami (2018) dalam Syaifuddin (2012), pengeluaran ion kalsium dan myofibril akan menyebabkan terhentinya kontraksi otot. Apabila seseorang kekurangan kalsium, maka dapat menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga berakibat otot menjadi kram (Katharina, Pebrianti and ..., 2022). Mengingat pentingnya kalsium dalam mengatasi dismenore primer, oleh karen itu tubuh harus selalu tercukupi asupan kalsiumnya. Berdasarkan Widyakarya nasional Pangan dan Gizi (2004), angka kecukupan kalsium sehari yang dianjurkan pada remaja yakni 800 mg/hari (Maryam, 2016).
Manfaat Magnesium dalam Mengatasi Dismenore Primer