Lihat ke Halaman Asli

Nur Asiva Nirmalasari

Universitas Negeri Malang

Mengulik Usaha Peternakan Ayam Broiler Cak Nur Khrisna: Optimalisasi untuk Atasi Eksternalitas

Diperbarui: 11 Desember 2023   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peternakan Ayam Cak Nur Khrisna (dokpri)

Apa yang terjadi jika seorang pengusaha mencurahkan seluruh tenaga, usaha, waktu dan biaya untuk usahanya?

Dibalik kesuksesan nya, seorang entrepreneur harus mengorbankan banyak hal untuk menghasilkan ide-ide baru yang berdampak besar. Modal utama seorang entrepreneur adalah konsistensi dan keinginan untuk terus belajar dari kesalahan.

"Meminimalisir modal, memaksimalkan keuntungan" 

Merupakan dasar usaha yang diyakini oleh Pak Nur sang pemilik peternakan ayam broiler, diungkapkan dalam sesi wawancara. Peternakan ayam broiler Cak Nur Khrisna merupakan salah satu dari beberapa peternakan yang ada di kawasan Dau, Kabupaten malang, Jawa Timur. Peternakan ini berfokus pada produksi ayam broiler yang berkualitas, dan sehat. 

Berawal dari hobi, timbul keinginan untuk membuka usaha peternakan nya sendiri. Memanfaatkan peluang untuk masuk ke dunia usaha ayam broiler melalui program kemitraan PT. "Kebetulan kan, aku suka dunia hewan ya, hobi Istilahnya. Nah kebetulan ini yang di dunia ayam ini kan kebutuhan pokok kan, jadi ngga mungkin ngga dibutuhkan gitu" ujar beliau.

Dalam sekali musim panen, Pak Nur bisa menghasilkan sekitar 6000 ekor ayam broiler siap potong. Demi mendapatkan hasil ternak yang sehat terdapat empat elemen utama yang harus dipenuhi dalam proses pengelolaan nya. Kuncinya ada di pakan, minum, tempat, dan udara. Keempat hal tersebut harus diolah dengan cara paling efisien, paling murah namun dengan kualitas paling bagus. Istilah nya sesuai dengan prinsip usaha tadi. 

Amoniak- masalah kesehatan utama yang menjadi momok bagi pengusaha ayam. Kelembaban, suhu dan udara sangat mempengaruhi keberadaan amoniak. Dengan keadaan lingkungan yang lembab, membuat amoniak berkembang sangat pesat. Bau dan kelembaban nya memicu bibit- bibit penyakit yang dapat menjangkiti ayam. Maka dari itu setiap kandang ayam perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda, tergantung dari kondisi yang ada di sekitarnya. Di daerah yang panas dan udaranya kering seperti Pasuruan, pengelolaan nya akan relatif lebih mudah, dibandingkan dengan daerah yang relatif dingin. Maka dari itu letak kandang di dataran tinggi dan konsep peternakan open house, membuat Pak Nur harus memutar otak untuk meningkatkan faktor keberhasilan usahanya. 

Cara yang dilakukan beliau untuk meminimalisir adanya amoniak adalah dengan penerapan sistem sekam. Setelah melalui proses trial and error, ditemukan bahwa melapisi lantai kandang dengan sekam tipis, akan membuat kotoran ayam menjadi lebih cepat kering. Penggunaan sekam yang lebih sedikit juga akan meminimalisir biaya operasional yang dikeluarkan "Jadi satu, awal ayam datang itu bawahnya udah tak kasih sak (karung) yang sudah dibelah dua panjang . Nanti kotoran nya jatuh disitu. Saat umur ayam sudah tiga, empat, atau lima hari kita gulung. Diambil sak nya dikeluarkan. Proses  diulang hingga hari ke 14. Otomatis saat umur ayam 14 hari lebih orang biasanya pakai sekam itu tebal. Jadi amoniak cepat naik. Saat ini aku cuma pakai 2, 3 atau 4 karung. Jadi kelihatan nya seperti tidak pake sekam sama sekali karena sangat tipis" ucap Pak Nur.

Dari hasil pengolahan kotoran melalui sekam tadi, didapatkan pupuk kompos yang sifatnya sangat menggemburkan tanah. Pupuk dipasarkan dan dijual kembali ke petani di sekitar lokasi peternakan. Hal ini menjadi salah satu sarana yang dilakukan beliau untuk menjalin kolaborasi dengan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline