Kamu pernah dengar minuman teh rosella ? atau mungkin kamu pernah mengkonsumsinya? Jika kamu baca label kemasannya dan tidak ada komposisi yang menyatakan minuman tersebut mengandung daun tanaman teh (Camelia sinensis) berarti itu termasuk tisane, dan bukan teh.
Tisane ibarat anak kembar teh, keduanya sering membuat orang keliru padahal keduanya berbeda. Tisane berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti semua jenis minuman yang terbuat dari seduhan atau rebusan herbal selain dari daun teh. Biasanya tisane berasal dari bahan-bahan kering yang kemudian disajikan dengan cara diseduh, seperti chamomile, papermint, dan rosella. Lalu bagaimana dengan sejarah tisane ?
Sejarah tisane
Sejarah populernya tisane dimulai ketika pemerintah Inggris menaikkan pajak teh di Amerika yang menyebabkan harga teh menjadi sangat tinggi. Banyak masyarakat yang marah sehingga terjadi peristiwa Boston Tea Party. Pada saat itu mereka melakukan demo dengan membuang puluhan tong teh dari kapal ke laut.
Peristiwa itu akhirnya membuat masyarakat di sana mencari substitusi atau pengganti teh. Mereka mencoba meramu dari daun, bunga, buah yang dikeringkan untuk diseduh seperti halnya teh. Namun, mereka tetap menyebutnya sebagai teh karena ingin nilai minuman ini setara dengan teh.
Jenis jenis tisane
Bunga, buah, rempah, hingga herbal yang dikeringkan dapat dijadikan sebagai tisane. Tisane yang baik merupakan tisane yang kering dengan kelembaban kurang dari 10% sehingga tisane dapat disimpan lama tanpa terkontaminasi jamur atau bakteri. Dalam mengkonsumsinya, tisane dapat diseduh langsung atau dicampur ke dalam teh guna meningkatkan kesehatan, aroma, rasa, maupun dari segi penampilan.
Ragam tisane sangat banyak. Secara garis besar tisane dapat digolongkan lagi ke dalam beberapa bagian, diantaranya :
1. Tisane floral, seperti lavender, mawar, dan krisan.
2. Tisane spicy, seperti kayu manis, jahe,dan cengkeh.
3. Tisane tart, seperti rosella, jeruk, dan lemon kering.