Lihat ke Halaman Asli

Dilema Calon Apoteker

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

DILEMA CALON APOTEKER

" Sebelum menyerahkan obat, apoteker wajib mengucapkan sumpah bahwa obat yang telah dibuat telah di proses berdasarkan formulasi standar atau resep dan tidak ada kecurangan. Dokter tidak boleh melakukan hubungan dagang dengan apotek dan tidak boleh menerima imbalan atau tanda jasa dari apotek" Cetusan Kaisar Frederick II (1240). Pernyataan tersebut menerangkan bahwa fokus pekerjaan farmasi yaitu menyiapkan obat dengan benar dan berkualitas. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, farmasi memiliki tugas tambahan seperti fungsi kontrol dan juga jaminan terhadap kegiatana berupa pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, serta pengembangan obat.

Oleh karena itu, secara garis besar fokus pekerjaan farmasi terbagi menjadi dua bidang yaitu farmasi klinik dalam usaha pelayanan kefarmasian kepada pasien dan farmasi industri dalam usaha riset serta produksi obat-obatan dengan kualitas yang tinggi.

Namun, menurut Drs. M. Dani Pratomo, Apt, MM sebagai ketua IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) tahun 2005 mengatakan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa tugas apoteker sebenarnya. Di Indonesia masyarakat umum mengenal apoteker sebagai tenaga kedua setelah dokter bahkan terkadang ada masyarakat yang beranggapan bahwa apoteker adalah orang yang mempersiapkan obat dan yang lebih parahnya lagi anggapan bahwa apoteker yaitu "penjaga" apotek. Anggapan tersebut secara tidak langsung telah menurunkan mental dan menjadikan pandangan orang lain tidak terlalu baik terhadap farmasi. Memikirkan keadaan tersebut, maka ini menjadi masalah besar bagi para lulusan farmasi untuk diselesaikan.

Lain lagi masalah pekerjaannya, sekarang apotek sudah menjamur, faktor lain gaji apoteker yang termasuk rendah bahkan bisa dikatakan sangat rendah apabila dibandingkan dengan tingkat kesulitan ilmu saat duduk dibangku kuliah dan resiko pekerjaan yang dihadapi. Masih masalah kepercayaan masyarakat awam terhadap profesi apoteker mereka masih kurang mempercayai kredibilitas apoteker dan bahkan mereka lebih percaya pada dokter dan perawat dalam masalah penentuan obat konsumsi. Masalah di industri farmasi seperti, bahan bakunya masih menggunakan bahan import. Selain itu, proses produktif sampai masalah eceran tertinggi obat yang masih menjadi perdebatan dikalangan pengusaha dan regulator juga masih menjadi masalah.

Namun, berdasarkan yang telah dilansir di akun wordpress bahwa jurusan farmasi sangatlah fleksibel dalam dunia pekerjaan. Contoh kecilnya saja di bidang Pemerintahan, mulai dari Dinas Kesehatan hingga Departemen Kesehatan. Di bidang industri pun tidak kalah, lapangan pekerjaan bagi lulusan jurusan farmasi tentu sangat terbuka lebar. Di Indonesia, banyak industri atau perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan dan memproduksi obat-obatan. Selanjutnya di bidang penelitian, penelitian yang yang di lakukan sudah pasti penelitian mengenai obat-obatan. Dan lowongan pekerjaan paling terbuka untuk lulusan farmasi adalah bidang kesehatan.

Selain yang disebutkan diatas, masih banyak lagi lowongan pekerjaan yang sangat membutuhkan tenaga Farmasi dan juga dengan belajar ilmu farmasi kita bisa waspada dengan apa saja yang kita konsumsi, kosmetik yang sering digunakan sehari-hari. Seperti yang dilansir pada wordpress.com/2013/04/23 bahwa saat ini lulusan farmasi juga dibutuhkan dibidang perbankan dan media periklanan. Dibidang periklanan, lulusan farmasi bisa sebagai konsultan untuk membantu membuat strategi promosi. Jadi, sebagai seorang farmasis kita mampu mengubah pemikiran orang awam tersebut dan menunjukkan bahwa seorang lulusan Farmasi bukan sekedar "tukang" obat dan "penjaga" apotek. Tetapi lulusan Farmasi adalah seorang yang berkompeten di berbagai bidang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline