Lihat ke Halaman Asli

Eky, Siswa Berkebutuhan Khusus Raih Medali Olimpiade Sains Nasional (OSN)

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Disabelitas bukan halangan bagi siswa untuk menyabet prestasi. Dengan kemampuan belajar yang keras, pendampingan dari guru yang memahami dan dukungan dari orang tua, anak dengan disabelitas pun dapat berprestasi. Berikut laporan wartawan Harian Jogja Abdul Hamied Razak.

Bentuk tubuh Eky Waskita Aji yang berusia 17 tahun, memang tidak sempurna. Untuk ukuran tubuh remaja seusianya, tinggi Eky hanya sekitar 70 centimeter. Kedua kaki dan tangan Eky tumbuh tak sempurna. Meski begitu, ketidaksempurnaan Eky justru menjadi pemicu dia untuk mengejar prestasi.

Siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 7 Jogja itu belum lama ini, menyabet medali perunggu pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA-MA 2013 yang diselenggarakan di Bandung, Senin-Sabtu (2-8/9) dari Dirjen Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK).

Mengangkat penelitian berjudul Pemanfaatan Sampah Plastik Gelas Air Mineral sebagai Pengganti Mika Pin, Eky membawa nama harum sekolah dan DIY. Sesuai judul karyanya, putra pertama pasangan Sudirja seorang wiraswasta dan Ida Novianti ibu rumah tangga itu, memanfaatkan sampah bekas gelas air mineral sebagai pegganti mika.

“Selain menjadi bahan alternatif, penggunaan sampah juga ramah lingkungan. Hasilnya juga bagus kok, bisa lebih bagus dari bahan mika”, ujar kakak Arvala Yoga Kumara, 6 dan Hisbullah Arya Abib Praya, 3 di sekolahnya.

Meski memiliki keterbatasan fisik, dia merasa tidak grogi saat melakukan presentasi dihadapan para dewan juri. Rasa percaya dirinya ternyata cukup tinggi. Saat berjalan dengan kedua kakinya yang mungi, tak menjadi persoalan buat Eky. Bahkan, Eky dengan lincahnya menaiki dan menuruni tangga beton di sekolahnya.

“Saya bisa akrobat, kepala di bawah dengan kaki di atas, seperti ini”, ujar Eky sembari memperagakan teknik akrobat, meyakinkan diri kalau dia memiliki kelebihan. Dia pun mengaku suka bernyanyi, meski tak pernah menjuarai lomba menyanyi. “Saya suka musik-musik aliran keras tapi masih belum terpikirkan punya grup band sendiri. Kalau ada yang maunggak apa-apa”, katanya.

Penggemar Ucok Baba itu pun memiliki cita-cita menjadi seorang motivator ulung untuk memberi semangat kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pasalnya, anak-anak ABK banyak yang tidak percaya diri meskipun secara pemikiran bisa dilakukan. “Aku mau kuliah dan masuk fakultas psikologi, kalau bisa UGM. Aku senang bisa memberi motivasi kepada anak-anak ABK”, ujar Eky.

Baginya, kekurangan fisik yang dia miliki dijadikan sebagai motivasi untuk meraih prestasi. Adapun kelebihan yang dimiliki akan dimanfaatkan untuk kebaikan. “Saya punya prinsip pantang pulang sebelum tumbang. Sempat awal masuk sekolah ini saya minder, tetapi setelah beradaptasi dengan teman-teman menjadi biasa”, tutur siswa jurusan IPS itu.

Terkadang Eky ke sekolah diantar atau naik angkot dari rumahnya. Tak jarang pula teman-temannya mengantar. Dia mengaku, didikan orang tua membantunya bisa bertahan bersosialisasi di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline