Lihat ke Halaman Asli

Nur Amirah Husna

nur amirah husna atau yang biasa dipanggil amirah merupakan salah satu mahasiswa universitas andalas jurusan sastra indonesia fakultas ilmu budaya angkatan 2021

Malam Bainai, Salah Satu Tradisi Pernikahan Adat Minangkabau yang Populer

Diperbarui: 19 Juni 2022   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sumatera barat dikenal memiliki berbagai macam tradisi yang masih melekat hingga saat ini. Mulai dari tradisi agama, adat hingga pernikahan. Salah satu tradisi pernikahan yang masih populer adalah malam bainai. 

Malam bainai merupakan malam terakhir bagi calon pengantin wanita Minangkabau merasakan kebebasan sebagai wanita lajang. Maka dapat dikatakan bahwa malam bainai merupakan sebuah pesta lajang versi minangkabau.

Tradisi Malam Bainai sendiri artinya memakaikan inai, dimana inai adalah nama dalam Bahasa Minang bagi daun pacar merah. Hasil tumbukan dari daun ini akan dipakaikan ke jari pengantin dan meninggalkan bekas merah. Namun, seiring perkembangan zaman tumbuhan inai biasanya diganti menggunakan inai instan atau hena. 

Pada awalnya, Bainai dipercayai sebagai suatu cara untuk menghindari malapetaka bagi calon pengantin. Walaupun kepercayaan ini sudah tidak populer, Malam Bainai masih dijalankan sebagai tradisi pernikahan khas Minangkabau. 

Pada malam ini, sang calon pengantin perempuan, yang disebut dengan anak daro wajib mengenakan busana tradisional bernama baju tokah dan hiasan kepala yang bernama suntiang.

Seperti tradisi pernikahan pada umumnya, tradisi yang berasal dari Sumatra Barat ini terdiri dari beberapa prosesi. Anak daro akan melewati proses mandi-mandi, namun pada proses mandi-mandi ini calon pengantin hanya diberi percikan air. Air ini harus menggunakan daun sitawa sidingin dan dipercikan oleh sesepuh yang berjumlah ganjil. 

Hal ini karena angka ganjil diasosiasikan dengan hal sakral, seperti sholat 5 waktu untuk kaum Muslim. Percikan terakhir pada sang anak daro dilakukan oleh orang tuanya.

Setelah mandi-mandi, anak daro dibawa melewati kain jajakan kuning oleh kedua orang tuanya menuju pelaminan. Proses ini melambangkan perjalanan hidup sang calon pengantin. Kain yang telah dilewati kemudian akan digulung oleh dua saudara laki-laki untuk melambangkan bahwa pernikahan cukup dilalui satu kali saja. Sesampainya di pelaminan, anak daro akan disambut oleh kerabat wanita yang dituakan atau dikenal akan kebijakannya. 

Pada kesempatan ini banyak petuah-petuah yang diberikan kepada calon pengantin perempuan. Seperti, bagaimana cara mengurus suami, anak dan lain-lainnya. Tentu saja ini sangat bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya.

Tibalah saatnya pada puncak acara yaitu pemasangan inai kepada calon pengantin. Pemasangan inai ini tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, hanya keluarga wanita saja yang boleh memasangnya. Pada saat pemasangan inai, orang yang memasangkannya wajib mendoakan dan menasehati calon pengantin seputar kehidupan pernikahan.

Di setiap jari yang dipasangkan inai memiliki arti yang mendalam, yaitu:

  • Ibu jari : doa agar pengantin perempuan menghormati suaminya kelak.
  • Jari telunjuk : doa dan harapan bagi pengantin perempuan agar berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan dalam pernikahan
  • Jari tengah : doa agar pengantin wanita mendapatkan kasih sayang yang adil
  • Jari manis : doa agar kehidupan pengantin wanita memiliki cinta yang abadi dan kekal
  • Jari kelingking : doa agar pengantin wanita dapat melalui hal-hal yang sulit bersama suami
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline