Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Nur Amien

Penulis Bebas Bersahaja

(Puisi) Jiwa yang Merenung

Diperbarui: 8 November 2024   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kumerenung (sumber:picture from ideogram.ai)

(Puisi) Jiwa yang merenung

Dalam sunyi yang menggelayut pelan,
renungan jiwa terhanyut pada tepian malam kelam.
Mengurai benang-benang usia yang terhampar,
bagaikan kisah yang tak usai di gulungan lembar.

Kudengar gema dari dasar nuraniku,
desah lirih bertanya di kesunyian hati yang dalam .
Tentang arti yang tak terjamah kata-kata,
tentang jejak yang memudar dalam perjalanan fana.

Bayangan kehidupan berderak di pusara waktu,
menjaga rahasia yang terkunci dalam kelam beku.
Aku, hanyalah sebutir debu yang sangat rapuh,
terbang melayang di samudera semesta yang megah nan luas.

Merenung bagai mengintip rahasia sang fajar,
tersembunyi di balik malam yang memudar.
Hatiku larut dalam kekosongan yang penuh makna,
Dan jiwaku tersesat, namun tak ingin kembali sepenuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline