Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Nur Amien

Penulis Bebas Bersahaja

(Cerpen) Putriku Telah Dewasa

Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putriku Berprestasi (Ilustrasi My Document)

Dengan lembut, sinar matahari menyusup melalui jendela kamar pagi itu. Suara burung-burung bersahut-sahutan menciptakan suasana damai di alam. Aku duduk di teras rumah, secangkir kopi hangat menemani pikiran yang melayang jauh. Rasanya baru kemarin Sarah, putriku, berlari-lari kecil di halaman ini dengan rambut kuncir dua dan tawa yang selalu mengisi rumah dengan kebahagiaan.

Namun, ada yang berbeda hari ini. Putriku telah dewasa.

Pintu kamar terbuka, dan Sarah muncul dengan senyum lebar. Dia mengenakan gaun coklat muda yang indah yang sudah kupersiapkan untuknya semalam. Hari ini adalah hari kelulusan dari sekolah menengah, sebuah peristiwa yang sangat emosional baginya dan sangat penting bagiku. Hari ini adalah hari kelulusannya dari SMA, sebuah momen yang begitu penting dalam hidupnya, sekaligus momen yang begitu emosional bagiku.

"Bu, bagaimana? Sudah siap berangkat?" tanya Sarah, sambil merapikan kerudungnya yang sangat serasi dengan warna gaunnya.

Aku tersenyum, menahan perasaan haru yang tiba-tiba menyeruak. "Kamu cantik sekali, Nak. Ibu sangat bangga padamu."

Sarah tertawa kecil, lalu menghampiriku. "Ibu, jangan menangis, dong. Ini kan hari yang bahagia!"

Aku tertawa sambil mengusap sudut mataku yang sudah mulai basah. "Iya, ibu tahu. Tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat. Kamu sudah besar sekarang. Rasanya baru kemarin ibu mengantarmu ke taman kanak-kanak."

Sarah duduk di sebelahku, menggenggam tanganku erat. "ibu, aku tetap Sarah yang dulu. Yang suka manja sama ibu, yang suka minta diceritain sebelum tidur. Bedanya, sekarang aku hanya sedikit lebih dewasa."

Aku terdiam, merenungi kata-katanya. Memang, anak-anak akan tumbuh, akan dewasa, dan akan menemukan jalannya sendiri. Tapi bagiku, Sarah selalu menjadi gadis kecil yang memintaku mengikatkan tali sepatunya atau membacakan dongeng sebelum tidur.

Hari itu, di acara kelulusannya, aku melihat Sarah berdiri di panggung dengan percaya diri, menerima penghargaan atas prestasinya. Air mata haru tak terbendung lagi. Putriku yang dulu kubimbing langkah-langkah kecilnya, kini telah siap melangkah sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline