Lihat ke Halaman Asli

Kopi Asin

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dia bertemu dengan badis itu disebuah pesta,gaddis yang menajubkan. Banyak pria berusaha mendekatinya. Sedang dia sendiri hanya seorang laki-laki biasa. Tak ada yang beitu menghiraukannya. Saat pesta telah usai , dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak , si gadis tidak mau mengecewakannya.

Mereka duduk disebuah kedai kopi yang nyaman. Si laki-laki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu , sedangkan sang gadis merasa sangat tidak nyaman.

“ayolah cepat. Aku ingin segera pulang”,kata sang gadis dalam hatinya.

Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan ,”tolong ambilkan saya garam . saya ingin membubuhkan dalam kopi saya”.

Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya kontan menjadi merah, tapi ia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi dan meminum kopinya.

Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,”kebiasaanmu kok sangat aneh?”

“saat aku masih kecil, aku tinggal didekat laut .aku sangat suka bermain-main dilaut ,dimana aku bisa merasakan laut…asin dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini”, jawab si laki –laki.

“sekarang,tiap kali aku minum kopi asin , aku jadi teringat akan msa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan kampong halamanku, rindu kedua orang tuaku yang masih tinggal disana”, lanjut dengan mata berlinang.

Sang gadis begitu terenyuh. Itu adalah hal yang sangat menyentuh hati. Perasaan begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan krinduannya akan kampong halamannya. Ia pasti seoarang yang sangat mencintaidan peduli akan rumah dan keluarganya. Ia pasti memliki rasa tanggung jawab akan tempat tinggalnya. Kemudian sanga gadis memulai pembicaraan , mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh,masa kecilnya,keluarganya…pembicaraan yang sangat menarik bagi merekaberdua. Dan itu merupakan awal yang indah dari kisah cinta mereka.

Tanpa berpacaran mereka kemudian melanjutkan hubungan mereka ke jenjangpernikahan. Sang gadis menyadari bahwa ia adlah laki-laki idaman baginya . ia begitu toleran , baik hati,hangat , penuh perhatian…pokoknya ia adalah pria baik yang hamper saja diabaikan begitu saja. Untung saja ada kopi asin !

Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri hidup bahagia dengan sang pangeran. Dan tiap ia membuatkan suaminya secangkir kopi , ia membubuhkan sedikit garam padanya, kaarena ia tahu itulah kesukaan suaminya.

Setelah 40 tahun berlalu , si laki-laki meninggal dunia. Ia meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya :

“sayangku, maafkan aku.maafkan kebohongan yang telah aku buat selama hidup bersamamu. Ini adalah satu-satunya kebohonganku kepadamu –tentang kopi asin. Kamu ingatkan saat kita pertama kali minum kopi bersama? Aku sangat gugup waktu itu . sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup , maka aku biarkan semuanya. Aku tak pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal pembicaraan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Aku telah mencoba beberapa kali dalm hidupku,tapi aku begitu takut melakukannya. Karena aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu ,,,sekarang aku sedang sekarat. Tidak ada lagi yang aku khawatirkan, maka aku ingin mengatakan ini padamu : aku tidak menyukai kopi yang asin . tapi sejak aku mengenalmu , aku selalu minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesal atas semua yang telah kita lalui berama. Dapat bersamamu adalah salah satu kebahagaianku hidup di dunia ini.jika aku dapat bertemu denganmu lagi ,aku akan tetap berusaha mengenalmu dan menjadikanmu istriku walaupun aku harus minum kopi asin lagi.”

Sambil membaca,air matanya membasahi surat itu.

Suatu hari seseorang menanyainya ,”bagaimana rasa kopi asin ?”

Ia menjawab ,” rasanya begitu manis.”

Sumber :  “mutiara kalbu sebening embun pagi cerita (no. 112)” dengan sedikit perubahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline