Lihat ke Halaman Asli

Apa yang Kita Sombongkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang pria yang bertamu kerumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat sang guru sedang sibuk bekerja , ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras – keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya,

“apa yang sedang anda lakukan?”

Sang Guru menjawab,

“tadi saya kedatangan segerombolan tamu yang meminta nasihat . saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Merekapun Nampak puas sekali. Namun,setelah mereka pulang saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu,saya melakukan ini semua untuk membunuh semua perasaan sombong saya.”

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh factor materi. Kita merasa lebih kaya,lebih rupawan,dan lebih terhormat dari orang lain.

Di tingkat ke dua, sombong disebabkan oleh factor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar,lebih kompeten,dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ke tiga, sombongoleh factor kebaikan.kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan , semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong kaena materi sangat mudah terlihat,namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan,sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih – benih halus di dalam batinkita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah,ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal itu berubah menjadi kebanggaan (pride), anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutup,yaituego disatu kutub dan kesadaran sejati di kutub yang lain. Pada saat terlahir di dunia , kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi seiring dengan waktu ,kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekedar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahhwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusii ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualism ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (eksterm tidak suka). Inilah akar dari segalapermasalahan

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju keadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perebuhan paradigma yyang perlu kita lakukan . pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakekatnya kita bukanlah makhluk fisik , tetapi makhluk spiritual. Kesejayian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong,dan (ingat!)kita pun akan mati dengan tangan kosong . pandangan seperti ini akan membuat kita melihat ssemua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tak akan lagi terkelabuhi oleh penampilan,label,dan segala “lampak luar”lainnya. Yang kini kita lihat adalah “tampak dalam”. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesobongan atau ilusi ego.

Kedua,kita perlu menyadari bahwa apapun perbuatan baik yang kita lakukan , semua itu semata – mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hokum kekekalan energy . energy yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah . energy itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih,makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi , setiap berbuat baik kepada orang lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu apa yang kita sombongkan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline