Setelah lengsernya kekuasaan orde lama dan di gantikan oleh masa kepemimpinan orde baru yang di pimpin oleh Soeharto selama 32 tahun atau tujuh kali periode pemilihan umum, yaitu pada tahun 1971, 1977,1982, 1987, 19992 dan 1997. Berbagai pristiwa sejarah yang penting terjadi di masa orde baru, salah satunya ialah krisis ekonomi yang dimulai pada Juli 1997.
Krisis ekonomi atau yang biasa di kenal dengan istilah krisis moneter (krismon) mengakibatkan naiknya harga bahan-bahan pokok dan terjadi inflasi paling parah sejak kemerdekaan Indonesia. Krisis moneter dan terpilihnya kembali Soeharto pada pemili 1997 memicu kemarahan masyarakat, salah satu aksi besar yang terjadi ialah turunnya mahasiswa ke jalan untuk mengecam kenaikan harga bahan-bahan pokok dan menuntut turunnya soeharto dari kursi presiden yang telah di jabatnya lebih dari 30 tahun.
Mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR di Jakarta yang terjadi mulai tanggal 10 Maret 1998. Pada 12 Maret 1998 terjadi peristiwa penembakan 4 mahasiswa Trisakti yang dilakukan oleh aparat kepolisian dari satuan brigade TNI maupun Polri yang sedang berjaga. Peristiwa penembakan 4 mahasiswa ini kemudian dikenal dengan "Tragedi Trisakti". Tragedy Trisakti ini memicu kerusuhan selanjutnya yang terjadi di beberapa daerah Indonesia diantaranya medan, Surakarta dan Jakarta.
Kota Tangerang yang letak daerahnya bersebelahan dengan Jakarta mendapatkan efek kerusuhan yang cukup besar. Salah satunya adalah berbagai Tragedi Penjarahan beberapa toko, pasar, hingga mall. Sasaran utama kerusuhan ini ialah orang-orang keturunan tionghoa beserta aset-aset yang mereka miliki. Seperti yang kita ketahui orang-orang tionghoa ahli dalam hal ekonomi perdagangan, oleh karna itu banyak orang-orang tionghoa yang memiliki toko, pada akhirnya toko-toko mereka menjadi sasaran utama penjarahan.
"tanda-tanda sebelum kerusuhan saya ngeliat anak mercu pada baris ingin berdemo, pada berbaju merah semua, saya Tanya mereka katanya mereka mau melengserkan Soeharto di senayan, itu sebelum kerusuhan, pas hari kerusuhannya di Meruya itu ada Mall yang langsung diserang sama masyarakat sekitar, mereka mau ngancurin itu biar Soeharto turun, yang di jarrah orang cina, misalkan orang cina jatuh atau celaka, ga ditolongin sama pribumi, "diamah cina bukan orang kita (pribumi)" wawancara dengan Bu Darmi 60 tahun.
Kerusuhan ini terjadi pada 13 Mei 1998-15 Mei 1998. Beberapa tempat di Kota Tangerang yang terkena dampak penjarahan pada Mei 1998 ini diantaranya Ramayana Ciledug, Kasimura Cipondoh, pertokoan Buana Cipondoh, Mega Mall Lippo Karawaci, Mall Diamond yang ada di Jalan MH Thamrin, pasar-pasar, serta pusat perniagaan yang berada di wilayah Cimone.
Pada saat kerusuhan ini meletus banyak warga yang menjarah pertokoan, pasar hingga mall milik orang-orang tionghoa. " peristiwa tersebut terjadi pada tengah hari pada saat jam makan siang, saya melihat di dalam rumah Tionghoa meja bundar gede udah tersedia nasi, sayur , udah pada ngebul semua (tersedia), mereka (orang tionghoa) setengahnya sudah pada pergi, toko-toko di pinggiran juga pada di ambil-ambilin, saya ikut-ikut aja masuk kerumah orang cina, ngambil makanan yang ada dilemari es nya" wawancara dengan Ibu Mutmainnah 80 Tahun saat mengenang pristiwa penjarahan pada 1988.
Selain pristiwa penjarahan terjadi juga rentetan peristiwa lainnya diantaranya pembakaran pertokoan setelah penjarahan, pemerkosaan, pembunuhan dan penganiayaan terhadap etnis tionghoa. Mall yang dibakar setelah penjarahan di Kota Tangerang diantaranya ialah Ramayana Ciledug dan Mega Mall Lippo Karawaci yang menelan beberapa korban jiwa. Sementara penjarahan yang terjadi di Kasimura Cipondoh tidak mengakibatkan pembakaran toko di kawasan tersebut. "
Sepanjang 13-15 Mei 1998 di wilayah Jakarta dan sekitarnya termasuk Kota Tangerang tim TRK mencatat adanya korban tewas saat kerusuhan yang terbakar sebanyak 1.190 orang, 27 orang dilaporkan akibat senjata dan lainnya, serta 91 orang mengalami luka-luka.
Pristiwa kerusuhan dan penjarahan ini tidak terjadi didaerah pasar lama Kota Tangerang padahal daerah ini banyak dihuni oleh etnis tionghoa Peranakan yang dikenal dengan sebutan "Cina Benteng". Menurut penuturan Ko Oey Tjin Eng salah satu mantan pengurus Klenteng Boen Tek Bio Saat di tanyakan apakah beliau dan rekan-rekannya terkena dampak kerusuhan 1998 beliau menjawab "Engga, di Tangerang (pasar lama) gaada. Soalnya kalo kita masuk ke daerah pasar lama kita bergerak pada waktu itu, kita akan melawan".
Pernyataan tersebut di dukung oleh salah satu Tukang parkir di daerah pasar lama yaitu Bapak Dayat, 36 tahun saat ditanya apakah di daerah pasar lama terjadi kerusuhan pada Mei 1998 "engga, disini aman-aman aja, Alhamdulillah gaada kerusuhan, mall juga dsini aman, Robinson, Ramayana aman. Gaada apa-apa, kalo kita disini walaupun muslim juga ga gitu, sama-sama aja, bareng-bareng".