Lihat ke Halaman Asli

Nur Alaviyah Alhikma

Belajar menulis

Kehidupan Si Baik Tolak Angin

Diperbarui: 11 Agustus 2018   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: bukalapak

Aku adalah seorang aktivis dengan berpegang teguh pada kyai. Hidup di era modern ini membuat semua hal membuat mudah. Selain menjadi mahasiswa di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang , aku adalah seorang santri dari seorang kyai Marzuki Mustamar pondok Sabilurrosyad Malang. 

Menjalani kehidupan di kampus juga beriringan di pesantren membuat otakku diasah untuk berfikir "bagaimana aku menjalani kehidupan ini dengan baik". Haruslah di ketahui bahwa dua kehidupan ini sangat bertolak belakanh. Kehidupan kampus membuat semua berbau ilmiah dan kemodern an. Dan kehidupan pesantren yang berbau agamis dengan tundhuk tawadduk pada sang kyai. 

Banyak sekali macam kegiatan yang harus aku jalani. Seperti kemarin 

Di bulan ini memang awal perkuliahan di lakukan pada minggu akhir bulan. Namun, aku adalah aktivis yang aktiv berorganisasi. 

Malam jumat adalah malam yang membawa keberkahan. Dengan segudang pahala yang berkali lipat macamnya. Malam itu pesantren memiliki kegiatan rutinan yakni pembacaan sholawat diba dan tahlilan. 

Sholat jamaah maghrib pun dimulai . Dengan khusyu dan nimat para santri melakukannya. Dzikir dan tahlil terus berucap dengan menggetarkan hati mereka. Memang disini tempat aku dan kawan kawan menentramkan jiwa dan raga kami. Dzikir dan tahlil pun disudahi dengan pembacaan doa oleh Sang Abah kyai. Kami bersimpu dosa meminta ampunan dari sang kuasa. 

Tidak sampai sana . Kegiatan rutinan mulai diadakan. Sebelum dimualinya aku bergegas ke kamar untuk membawa diba juga sikecil roll on dari tolak angin. Si kecil ini selalu kubawa di setiap kegiatan untuk menemaniku dan menguatkanku. 

Sampailah kembali aku di masjid. Suasana malang di malam hari memang sangatlah dingin . Angin teeus berhembusan dengan sunyinya malam. Ku oleskan minyak itu ke tengkut leher dan tanganku. Hemm bau harum dan menenangkan pun telah kurasakan. Hangat pun telah menjalar di rasa tubuh ini. Pembacaan sholawat diba pun dimulai. Mulailah para santri dengan khidmat dan tenang membaca sholawat diba. 

Sholawat ini ditujukan karena kexintaan kami pada Nabi Muhammad SAW. Cucuran air mata dengan hati yang selalu berdoa selalu teringat pada Nabi Muhammad. Kerinduan aku dan santti pada sosok Nabi Muhammad terus menjadi. Sampai dibacakan bagian "mahalul kiyam" yang diharuskan semua santri berdiri untuk menyambut. Disana cucuran air mata rindu kami terus menjadi. 

Kuedarkan mataku ke kiri ku. Aku melihat dia Afifah teman sekamark yang terus batuk. Kuambil si kecil roll on kuberikan padanya. "Fif coba pake ini . Oles aja di tenggorokan" "eh iya hik , makasih". Di olesnya si kecil baik itu. "Gimana fif ? Mendingan kan ?" "Iya jadi anget tenggorokanku, dan batuknya alhamdulillah reda " "okelah bawa aja dulu yaa". Alhamdulillah si kecil baik ini telah menguatkan temanku. Pembacaan sholawat diba berakhir dengan berujung pada doa diba.  

Kulajukan kaki ku menuju kamar. Aku melihat afifah mengoleskan si kecil pada lehernya. Aku tau dia kecapekan karena seharian ini telah mengurus krs dan bimbingan wali dosennya. "Fif , kamu lecapekan ya ? " "iya hik , perutku rada sakit juga e " "udah punya obat ta ?" "Udah ini aku mau minum tolak angin biar nggak kembung". Begitulah percakapan kami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline