Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Bapak Pulang

Diperbarui: 12 November 2020   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari pagi sudah muncul, langit biru membentang begitu indah dihiasi beberapa awan putih yang entah berbentuk apa. Terlihat beberapa burung terbang mencari makanan. Angin pagi menyapa pohon, dijawab oleh pohon dengan gugurnya daun daun yang sudah tua.

Terlihat beberapa motor yang berlalu lalang, sepertinya para pengendara itu akan pergi bekerja. Setiap orang sibuk dengan aktivitasnya, begitu pula dirumah Ajizah. Rumah kecil yang diisi sembilan orang beserta dua bayi.

Pagi itu dua menantu Bapak sudah pergi bekerja, Ajizah membantu Ibu membuat baso ikan untuk berdagang, Bapak menyiapkan bumbu dan membersihkan gerobak baso. Ya, Bapaknya Ajizah adalah seorang pedagang bakso ikan keliling.

Atikah dan Azam, adiknya Ajizah, sedang asyik menonton kartun favoritnya. Ajizah juga punya dua kakak perempuan namanya Sri Wahyuni dan Siti Fatimah. Keduanya memiliki anak yang masih bayi, April dan Syamil.

Semua persiapan berdagang sudah beres, Bapak siap berangkat berdagang. Seperti biasa sebelum berangkat, semuanya mencium tangan Bapak, memberikan doa agar dagangannya laris manis. Bapak pun selalu berdoa sebelum berdagang dan sering mengatakan. "Jaga dirumah, bapak dagang dulu."

Bapak berangkat dengan baju kaos berwarna putih, celana katun warna abu dan topi abu. Beliau mendorong gerobak biru yang bertuliskan "baso ikan Abah". Ya, memang Bapaknya sudah tua, beliau sering dipanggil Abah oleh pelanggannya dan beliau juga sudah punya tiga cucu. Biasanya hari Jumat Bapak tidak berdagang karena beliau takut ketinggalan solat Jumat atau jumatan. Tapi Jumat hari ini Bapak memaksakan berdagang, katanya baso ikan nya sedikit lagi, kalau menunggu besok untuk dijual tentu akan basi, apalagi dirumah tidak ada kulkas untuk menyimpannya. Dengan jumlah baso ikan yang dibawa, Bapak memprediksi akan pulang jam 10, jadi masih sempat solat Jumat.

Sekitar pukul 8.30, Ajizah dan Ibunya pergi ke puskesmas di Desa Jayamekar untuk berobat. Ajizah terserang flu dan batuk, dan Ibunya sering mengeluh sakit kepala dan sakit punggung. Perjalanan ke puskesmas sekitar 1 km, ditempuh mereka dengan berjalan kaki. Bukan tidak mampu untuk naik transportasi umum tapi kata Ibu. "Naik ojeg itu bayarnya mahal dan naik angkot pun harus dua kali, mending uang nya dipake beli baso. Toh ibu masih bisa berjalan."

Tiba disana sudah banyak orang yang mengantri, kursi tunggu pun penuh hingga sebagian harus berdiri menunggu panggilan antrian. Ajizah mengambil nomor antrian, lalu menunggu beberapa saat untuk mengukur tinggi badan, berat badan dan tensi darah. Kemudian menunggu lagi untuk dipanggil dokter dan mendapatkan obat. Ibu juga sama seperti itu.

Setelah selesai, Ibu mengajakn membeli batagor yang ada disebrang puskesmas. Ibu membeli beberapa bungkus batagor untuk orang yang ada dirumah. Sembari menunggu batagor, Ibu dan pedagang batagor berbincang bincang.

"Sepertinya dagangannya laris ya Pak, jam segini udahh mau abis batagornya." Ucap ibu, melihat ke adonan batagor yang isinya sedikit lagi.
"Alhamdulillah Bu laris, kayaknya karena masih suasana lebaran dan lebaran tahun ini sepertinya tidak banyak orang yang mudik." Jawab pedagang, sambil membumbui batagor.
"Iya, suami saya juga Alhamdulillah dagangannya laris. Pulangnya lebih awal dari hari hari biasa."
"Emang suami ibu dagang apa?." Tanya nya.
"Suami saya dagang bakso ikan, sering disebut Abah. Suami saya juga dagangnya ke daerah ini".
"Oh Abah yang dagang bakso ikan itu saya kenal".
Obrolan keduanya terus berlanjut sampai batagor pesanannya selesai. Ajizah dan Ibunya bergegas pulang.

Panas mentari mulai terasa membakar kulit, ditambah jalan Citra yang menanjak membuat keringat semakin deras. Rasa panas yang Ajizah rasakan ini membuatnya merasa kasihan pada Ibu. Beliau sudah tua, terik matahari ini bisa membuatnya pusing dan jalan yang menanjak ini bisa membuat kaki nya pegal. Tapi mau bagaimana lagi, Ibu tetap ingin berjalan meskipun Ajizah membujuknya naik ojeg.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline