Lihat ke Halaman Asli

nurainyfatimatulmufidah

Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam Universitas Airlangga

Sopan Santun dalam Era Digital: Tantangan Pendidikan Karakter pada Zaman Media Sosial

Diperbarui: 17 November 2024   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Media Sosial (Sumber: Nur Ainy Fatimatul M)

Media sosial sudah menjadi sebagian dari kehidupan kita. Media sosial sudah menguasai berbagai bidang kehidupan. Salah satunya penggunaan media sosial dalam bidang komunikasi. Dalam bidang komunikasi media sosial memberikan kemudahan bagi kita yang ingin berkomunikasi dalam jarak jauh. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa media sosial bisa berdampak positif dan negatif terhadap nilai sosial dan kesopanan. Maka dari itu di butuhkannya pendidikan karakter untuk membentuk generasi yang beretika.

Pada zaman yang serba digital seperti sekarang, tentunya sudah menjadi hal yang biasa ketika kita berkomunikasi dengan seseorang menggunakan media sosial seperti Instagram, Tiktok, Twitter. Namun, secara tidak langsung media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi pada seseorang. Pada saat kita belum mengenal teknologi semua orang masih menjunjung sopan santun dalam berkomunikasi secara langsung, namun pada saat sudah mengenal media sosial perubahan nilai sosial dan sopan santun semakin terlihat. Hal itu di sebabkan karena kurangnya berkomunikasi secara tatap muka dan kurangnya pendidikan karakter sehingga menyebabkan seseorang lupa tentang etika yang baik ketika berkomunikasi.

Pada zaman sekarang tidak semua orang paham tentang etika penggunaan media sosial. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat kurangnya pendidikan karakter pada zaman sekarang. Dampak negatif tersebut bisa dilihat dengan kondisi media sosial kita, banyak orang yang melontarkan ujaran kebencian tanpa berpikir panjang, banyak orang yang melakukan  bullying disosial media sosial.

Hal tersebut dapat merusak nilai kesopanan seseorang, sehingga pendidikan karakter menjadi sangat penting pada zaman sekarang. Meskipun kita sering berkomunikasi melalui media sosial, kita tetap harus memahami dan mengutamakan penggunaan bahasa yang baik serta sopan dalam era digital ini. Oleh karena itu, mengedukasi anak-anak sejak dini tentang pentingnya berperilaku baik di dunia digital sangatlah penting, dengan melibatkan peran orang tua dan guru dalam proses tersebut. Selain itu, kita juga dapat mengajak generasi muda untuk memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang positif, seperti berkomunikasi, mencari sumber pembelajaran, dan berbagai kegiatan lainnya.

Pendidikan digital di sekolah sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda agar dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab. Salah satu langkah awal yang dapat diambil adalah dengan cara menyisipkan materi tentang penggunaan media sosial, terutama kepada anak muda. Pendidikan digital ini mengajarkan mereka untuk berpikir kritis sebelum menangkap suatu informasi dan diajarkan untuk memfilter konten yang mereka terima dan sebarkan, sehingga mereka tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan.

Penggunaan media sosial untuk edukasi juga dapat dimaksimalkan dengan membangun platform-platform yang mendukung penyebaran konten positif dan edukatif, memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang bermanfaat. Di samping itu, pengembangan kebijakan dan pedoman media sosial juga tak kalah penting, di mana perusahaan media sosial didorong untuk meningkatkan kebijakan moderasi konten yang mendukung etika, sopan santun, serta menciptakan lingkungan digital yang aman dan saling menghormati. Dan itu bisa menghasilkan kondisi etika dalam penggunaan media sosial pada masa sekarang akan lebih terjaga dan tentunya bermanfaat bagi generasi muda.

Adapun tantangan dan hambatan dalam mewujudkan sopan santun di era media sosial. Pertama, yaitu adanya keterbatasan akses dan pengetahuan di beberapa individu, terkadang setiap individu belum mendapatkan pemahaman yang cukup tentang etika dalam berinteraksi di dunia maya. Dan tidak heran jika biasanya berujung pada perilaku yang tidak sopan atau merugikan orang lain.

Kedua, yaitu adanya tekanan sosial dan adanya keinginan untuk menjadikan dirinya menonjol dimata orang lain. Tekanan sosial yang ada di media sosial sering kali mendorong individu, terutama kalangan muda, untuk berperilaku tidak etis untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Banyak orang yang ingin mengikuti konten negatif agar mendapatkan pengakuan di dunia maya. Hal ini mengarah pada penyebaran konten yang merugikan, seperti ujaran kebencian, bullying, atau hoaks, yang semakin memperburuk budaya digital yang ada.

Ketiga, yaitu perkembangan globalisasi dan perbedaan budaya. Dalam dunia yang terus mengalami perkembangan secara global, perbedaan budaya juga menjadi salah satu hambatan dalam menyatukan standar etika digital yang berlaku di seluruh dunia. Setiap negara memiliki nilai-nilai yang berbeda, yang terkadang bertentangan dengan perilaku yang dianggap sopan atau wajar dalam budaya lain. Ini menciptakan kesulitan dalam menetapkan aturan yang dapat diterima secara universal. Pada suatu sisi, ada kebutuhan untuk menghormati perbedaan budaya, namun di sisi lain, penting juga untuk menegakkan prinsip-prinsip dasar etika digital yang universal agar interaksi di dunia maya tetap berlangsung.

Penting untuk menegaskan bahwa membangun etika dan sopan santun digital bukanlah suatu tugas yang mudah, namun sangat penting untuk masa depan dunia digital yang lebih baik. Pendidikan etika digital harus menjadi prioritas, terutama bagi generasi muda, agar mereka memahami bagaimana berinteraksi secara positif di dunia maya. Dalam hal ini bukan hanya satu atau dua orang saja yang memiliki peran untuk membentuk etika dalam penggunaan media sosial ini, tetapi semua orang, baik pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, maupun penyedia platform media sosial, memiliki peran penting dalam membentuk dan mengarahkan budaya digital yang lebih beradab. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline