Program Kartu Indonesia Pintar (KIP Kuliah) adalah inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk membantu calon mahasiswa di Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, program ini telah menimbulkan kontroversi terkait dengan ketidaktepatan sasaran bantuan yang diberikan. Berikut beberapa faktor yang dikaitkan dengan ketidaktepatan sasaran bantuan KIP Kuliah :
1. Mekanisme Seleksi dan Verifikasi
Banyak penerima KIP Kuliah yang tidak tepat sasaran karena mekanisme verifikasi dan seleksi penerima yang belum tepat. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan baru.
2. Kuota Penerimaan Terbatas
Kuota pemerima yang terbatas dapat menjadi salah satu penyebab ketidaktepatan sasaran bantuan KIP Kuliah. Terkadang kuota penerima yang seharusnya diperuntukkan bagi calon mahasiswa membutuhkan malah diambil alih oleh calon mahasiswa yang berkecukupan.
3. Penerima yang Salah Sasaran
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencatat, dana bantuan PIP sebesar Rp 2,86 triliun yang diberikan kepada 5.364.986 siswa tidak tepat sasaran.
4. Pengelolaan Dana yang Tidak Tepat
Pengelolaan di tingkat lembaga perguruan tinggi yang tidak tertib melaksanankan pelaporan dana kelolaan KIP Kuliah dapat menyebabkan ketidaktepatan sasaran dan ketidakadilan dalam distribusi bantuan.
Salah satu contoh ketidaktepatan sasaran bantuan KIP Kuliah adalah ditemukannya mahasiswa yang tidak memenuhi syarat tetapi masih menerima bantuan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan bahwa dana bantuan PIP sebesar Rp 2,86 triliun yang diberikan kepada 5.364.986 siswa tidak tepat sasaran karena diberikan kepada siswa yang tidak layak atau tidak diusulkan menerima. Selain itu, ada sebanyak 2.455.174 siswa memiliki KIP dan berasal dari keluarga peserta PKH atau KKS kehilangan kesempatan karena tidak diusulkan dalam SK penerimaan bantuan PIP.
Beberapa siswa mungkin juga tidak terbiasa dengan istilah program KIP Kuliah, yang mana hal tersebut dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan informasi terkait bantuan. Calon mahasiswa yang mengalami kesulitan keuangan dengan potensi akademik yang tidak mengetahui adanya program ini mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengakses bantuan.