Lihat ke Halaman Asli

Nur Aini Rizky Syaban

Mahasiswa 20107030112 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Perjalanan Penuh Kerinduan dan Pengorbanan Mudik Anak Rantau After 2 Tahun Tidak Pulang ke Kampung Halaman

Diperbarui: 7 Juni 2024   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi Input sumber gambar

Mudik atau pulang kampung merupakan salah satu momen yang sangat di nantikan oleh kebanyakan orang yang merantau, terutama bagi orang yang merantau jauh dari kampung halaman untuk mencari nafkah ataupun menlanjutkan pendidikan tinggi. Bagi kami yang merantau untuk melanjutkan pendidikan di kota yang jauh dari kampung halaman, pulang dan lebaran bersama keluarga merupakan satu kenikmatan yang tidak bisa di gantikan. Hal ini karena mudik atau pulang kampung tidak bisa ia lakukan di setiap libur lebaran.

Bagi kami anak rantau luar pulau khususnya mahasiswa rantau mudik bukan sekedar perjalanan pulang, akan tetapi sebuah ritual penuh makna yang sarat kerinduan dan pengrobanan. Jauh dari orang tua, dan sanak saudara menghadapi hiruk pikuk kota sendirian menjadikan pulang sebagai obat dari segala lelah. Hanya saja pulang kampung bukan menjadi hal yang mudah, dan tidak bisa dilakukan setiap tahun, dikarenakan kampung yang jauh dan biaya untuk pulang diatas rata-rata.

Menempu pendidikan di tanah Jawa, dengan segala hiruk pikuk dan dinamika kotanya adalah kesempatan yang sangat berharga untuk orang daerah seperti kami,  namun juga penuh dengan tantangan. Jauh dari keluarga dan kampung halaman, mahasiswa perantau luar pulau jawa harus beradaptasi dengan kehidupan kota besar, mengejar prestasi akademik, berjuang bersaing dengan orang yang sudah lama di kota, dan sering kali menghadapi tekanan finansial dan emosional.

Dokumen Pribadi Input sumber gambar

Salah satu tekanan paling berat mahasiswa perantau adalah tekanan finansial, ketika akhir sudah akhir bulan dompet sudah rata bersama bantal, ada beberapa mahasiswa yang merelakan hari-harinya untuk berkerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidup selanjutnya di kota orang. Jikapun tidak menemukan jalan keluar minjem ke teman atau puasa menjadi solusi paling terakhir.

Dengan segala perjuangan emosional seorang perantau akan sangat di uji ketika lebaran semakin dekat. Ingatan tentang rumah, keluarga dan semua nuansa lebaran seola muncul di benak. 

Dengan kenyataan bahwa kampungnya jauh, biaya pulang yang tinggi menjadi alasan kebanyakan mahasiswa perantau ini tidak pulang kampung. Pulang atau tidaknya kami semuanya tergantung dua hal diatas. Ketika akhirnyaa kesempatan untuk pulang, biasanya tidak mikir dua kali dan langsung melakukan persiapan dengan penuh semangat.

Transportasi yang biasanya digunakan ada dua, yakni jalur laut (kapal) dan jalur udara (pesawat).Tiket kapal biasanya dipesan seminggu sebelum keberangkatan, beda halnya dengan pesawat karena tiket pesawat akan melonjak naik dua kali lipat ketika mudik lebaran sehingga biasanya kami memesan tiket nya sebulan atau 3 minggu sebelum keberangkatan, supaya dapat yang lebih murah.  

Pulang kampung adalah momen yang sangat di nanti nanti, namun semua itu harus di bayar dengan perjalanan yang sangat melelahkan. Dari pusat kota naik bus atau kereta api kemudian ke pelabuhan, tunggu kapal seharian kemudian berangkat dan menikmati dua atau tiga hari di atas kapal tanpa internet. 

Ketika sudah sampai di kampung halaman semua rasa lelah itu terkalahkan dengan senyuman Mama Abah yang menyambut dengan senyuman.  Setiap tahap perjalanan penuh dengan tantangan, namun semangat untuk bertemu keluarga membiay lelah terasa lebih ringan. Setiap kilometer yang ditempu membawa kami semakin dekat dengan rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline