Lihat ke Halaman Asli

Nuraini Mastura

Ibu rumah tangga

Era Keuangan Digital: Beradaptasi atau Tergilas

Diperbarui: 14 September 2024   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | SHUTTERSTOCK/ESB PROFESSIONAL via Kompas.com

Dua puluh tahun lebih sudah dunia digital menyentuh kehidupan finansial kita. Digagas di AS sejak kurun 1980-an, konsep internet banking baru mulai marak diadopsi oleh perbankan dunia pertengahan 1990-an saat perangkat lunak sudah siap dan penetrasi jaringan internet mulai meluas. 

Awal 2000, ia pun mulai masuk di dunia perbankan tanah air. Seiring kemajuan teknologi telepon seluler, produk perbankan dengan mengandalkan jejaring internet lalu merambah SMS Banking dan Mobile Banking.

Sepuluh tahun kemudian, sebuah entitas baru mulai hadir di ekosistem keuangan dalam negeri--kemunculan bank digital. Bank digital ini menawarkan layanan keuangan tanpa keberadaan kantor fisik dan tanpa kebutuhan tatap muka dengan pelanggan. 

Belakangan, inovasi produk-produk finansial terus bermunculan, mulai dari pembayaran menggunakan QRIS, tap to pay, sampai paylater (pembayaran mengandalkan uang imajinatif yang baru akan diterima di masa datang). Bagi masyarakat urban, semakin dekatlah kita menuju cashless society.

Dua dekade lebih, kini, masyarakat telah berkenalan dan beradaptasi dengan teknologi keuangan digital. Lantas, adakah dampaknya terhadap perilaku kita sebagai pengguna jasa keuangan digital ini?

Sisi Gelap Digitalisasi Keuangan

Orang luput mengira bahwa momentum kelahiran internet-banking merupakan sebuah gebrakan dahsyat yang kemudian mengubah perilaku masyarakat dalam menggunakan uang. Bila dulu setiap transaksi bayar harus mengandalkan uang fisik, kini masyarakat mulai diperkenalkan pada pengalaman membelanjakan barang dan jasa tanpa keberadaan uang fisiknya.

Secara psikologis, membelanjakan uang fisik yang digenggam di tangan dengan uang nominal di layar, sungguh berbeda. Pada situasi kedua, kita akan cenderung lebih boros dalam berbelanja. Apalagi saat ini, proses belanja dibuat serbainstan, ringkas, mudah.

rupixen via unsplash

Era digital telah berhasil mengubah cara kita membelanjakan duit.

Sayangnya, transaksi cashless dan berbagai toko onlen yang menjamur telah menyuburkan sisi gelap dari kapitalisme. Konsumerisme telah mencapai taraf yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline