Lihat ke Halaman Asli

Cuplikan Hati untuk Prajurit

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tanggal 10 November 2013 adalah hari pahlawan. Ya pahlawan adalah mereka yang  berjuang, mengorbakan seluruh jiwa dan raga mereka untuk kemerdekaan negara Indonesia. Semua orang berhak memaknai hari pahlawan dengan caranya sendiri-sendiri. Begitupun saya, saya ingin memaknainya dengan cara berbagi cerita tentang apa yang selama ini menjadi impian saya.

Sejak kecil, entah mengapa saya selalu terkagum-kagum pada barisan prajurit-prajurit putra bangsa yang siap membela tanah air kita, ibu pertiwi kita. Mereka terlihat sangat tangguh dan tidak takut akan apapun yang akan dihadapi mereka nantinya. Ya, pendidikan dan pembentukan karakter sebelum menjadi seorang prajurit memang keras. Saya sendiri sebenarnya ingin menjadi seorang prajurit wanita, tetapi komitmen saya untuk tetap memakai hijab memang lebih kuat.

Saya bukan akan membicarakan tentang belum bolehnya seorang prajurit wanita memakai hijab. Namun, saya hanya ingin berbagi cerita bahwa saya ingin menjadi istri seorang prajurit. Mungkin terkesan sangat blak-blakan, tapi memang itulah kenginan saya yang entah mengapa sulit untuk dipupuskan.

Banyak teman dan saudara yang berkata bahwa menjadi istri seorang prajurit itu tidaklah mudah, kita harus siap ditinggalkan oleh mereka yang dikirim untuk bertugas di seluruh wilayah Indonesia, bahkan diluar negeri sekalipun. Ya, saya paham itu. Tapi memang begitu bukan tugas mereka? Selalu bersanding dengan pasangan hidup memang hal yang diinginkan oleh semua orang. Itu bukanlah sebuah kesalahan. Namun, hati saya sudah berkata, saya siap, saya pasti bisa menerima semua resikonya, apapun itu.

Ah memang tampak sangat klise sekali. Ya, memang begitu adanya. Saya hanya ingin ikut bisa membaktikan diri untuk ibu pertiwi dengan cara memiliki suami seorang prajurit. Saya akan selalu menguatkannya untuk apapun yang akan dihadapinya, sayalah orang pertama yang akan selalu membangkitkan semangatnya, sayalah orang pertama yang akan berusaha merawatnya saat dia sakit sehingga dia bisa bertugas lagi.

Saat ini saya memang baru seorang mahasiswa semester satu yang mungkin emosinya masih labil. Tapi saya terus meyakinkan diri bahwa apa yang menjadi impian saya bukan hanya sekedar emosi yang esok hari akan tergantikan dengan impian-impian lain gadis muda seusia saya.

Semoga suatu saat nanti Tuhan benar-benar menakdirkan saya dengan seorang prajurit yang siap membela bumi pertiwi kita, tanah air kita.

Selamat Hari Palawan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline