Lihat ke Halaman Asli

Nurafnia 27

Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

Mengeksplorasi Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda bersama 92 Oranga Mahasiswa Pertukaran

Diperbarui: 5 Desember 2022   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Minggu 27 November 2022 Mahasiswa Inbound PMM2 UPI hadir Ir. H.Juanda. Siswa menikmati wisata alam sambil belajar dan belajar tentang sejarah. Taman hutan ini memiliki dua gua bersejarah yaitu Gua Jepang dan Gua Belanda.

Taman Hutan Raya Ir.H.Juanda merupakan cagar alam karena kekayaan alam dan potensi sumber daya wisata yang beragam. Penggunaan ruang wisata ini dimaksudkan untuk mendukung dan mempromosikan kegiatan pariwisata. Ruang wisata Ini memungkinkan kami untuk memenuhi dan memengaruhi kebutuhan aktivitas pengunjung pola perilaku pengunjung.

Sumber Daya Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu Plaza Tahura, Museum Ir. H. Juanda, Gua Jepang, Gua Belanda, Peternakan Rusa, Lava Pahoehoe, Air Terjun Omas Maribaya, Tebing Keraton, Air Terjun Dago. Tata letak kamar wisata terdiri dari kamar wisata di blok A, kamar wisata di blok B, kamar wisata di blok C dan kamar wisata di blok D.

Untuk melaksanakan kegiatan wisata yang sangat beragam dan tentunya berbeda sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat pada masing-masing ruang wisata. Pola aktivitas pemanfaatan tempat wisata di semua blok pada hari kerja (weekdays) lebih lamban dibandingkan hari libur (weekend).

Gua Jepang dibangun pada tahun 1942 pada masa pemerintahan Jepang. Gua ini gelap dan membutuhkan penerangan. Gua ini memiliki beberapa ruangan dan berfungsi sebagai ruang interogasi, tempat penyiksaan, dan tempat pemenjaraan bagi orang Indonesia yang melawan penjajah Jepang.

Selain itu, gua ini merupakan medan pertahanan sebagai taktik kolonial Jepang untuk mengelabui musuh. Jarak goa ini sekitar 600 meter dari gapura Ir. H. Djuanda Masuk melalui gerbang Dago Pintu Parkir.

Selanjutnya, kita berjalan lagi sekitar kurang lebih satu kilometer dari gerbang adalah Gua Belanda. Gua ini sebelumnya digunakan sebagai terowongan untuk memanfaatkan aliran Sungai Cikapudung melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air Ben Kok. Gua ini memiliki lebar 1,8 meter dan panjang 144 meter.

Gua ini didirikan oleh penjajah Belanda pada tahun 1912. Selain itu, gua tersebut digunakan untuk memperkuat aktivitas militer Belanda. Selama Perang Dunia II, Belanda menggunakan gua ini sebagai pemancar telekomunikasi Belanda. Pada masa kemerdekaan, gua tersebut digunakan oleh para pejuang Indonesia sebagai gudang mesiu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline