Lihat ke Halaman Asli

Maraknya Aksi Begal Sebagai Akibat dari Krisis Moral dan Ekonomi

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata Begal tentu tak asing didengar oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Entah begal itu sendiri termasuk isu ataupun fakta. Namun, dalam kenyataannya istilah begal kini kian memanas dengan adanya berita-berita atau isu-isu yang mengatasnamakan begal. Begal merupakan usaha perampokan, perampasan, pemerasan, ataupun penjambretan yang dilakukan secara paksa oleh seseorang atau sekelompok orang disertai dengan tindak kekerasan.

Begal tersebut tentu sangat meresahkan bagi masyarakat, terutama bagi para korban begal itu sendiri. Korban tidak hanya kehilangan barang yang dimilikinya, akan tetapi juga mengalami luka fisik, psikologis dan ada juga yang sampai kehilangan nyawanya. Begal mengakibatkan trauma yang mendalam bagi sang korban dikarenakan korban mengalami suatu kejadian yang tanpa sengaja dan ditambah lagi dengan kekerasan yang menimpanya.

Begal muncul dikarenakan krisis moralitas dalam level yang mengkhawatirkan, sehingga melalui jalan pintas seseorang ingin mendapatkan keinginannya melalui tindak kekerasan yang sangat merugikan masyarakat. Kasus ini menggambarkan bagaimana kondisi mental manusia yang sedang ‘sakit’. Mungkin berlebihan jika dikatakan demikian, tetapi bisa jadi perbuatan tersebut merupakan keluaran dari sikap tidak peduli dengan lingkungan, tidak peduli dengan orang lain, hilangnya sopan-santun, jauh dari agama, dan segala sifat ‘tidak baik’ lainnya yang sudah sangat akut. Pendek kata, orang tersebut sedang mengalami krisis moralitas.

Faktor penyebab krisisnya moral itu sendiri dapat ditinjau dari faktor internal maupun eksternal. Keluarga merupakan faktor internal di mana keluarga mempunyai fungsi sebagai pengawas sosial, keluarga memberi pengertian kepada semua anggota keluarga tentang peranannya, baik di dalam maupun di luar rumah atau dalam masyarakat. Namun, melihat perkembangan zaman sekarang banyak orang tua yang lebih mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anak, sehingga banyak remaja yang kurang perhatian dan merasa bebas mengatur jalan hidupnya sendiri. Orang tua mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anaknya karena orang tua sudah memberi kepercayaan kepada anaknya dan mereka sudah menganggap kalau anaknya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Selanjutnya yaitu faktor eksternal di mana lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh dalam perkembangan moral seseorang. Tempat tinggal merupakan tempat bergaul yang nyata.Pergaulan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya krisis moral seseorang. Seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang berperilaku buruk, maka dia juga akan terseret ke dalamnya.

Selain dikarenakan krisis moral, begal juga muncul akibat dari lemahnya ekonomi rakyat Indonesia dan semakin banyaknya pengangguran. Maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam memecahkan masalah ini. Jumlah lapangan pekerjaan yang telah disediakan oleh pemerintah tentu tak sebanding dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk, sehingga lapangan pekerjaan tidak cukup untuk menampung mereka. Sehingga demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya, meraka melakukan aksi begal tersebut.

Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelaku, namun juga karena adanya kesempatan. Jadi berhati-hatilah, jangan pergi atau pulang terlalu malam, jika keadaan tidak terlalu mendesak. Lindungi barang berharga dan jangan melewati jalan yang terlalu sepi karena itu termasuk tempat persembunyian begal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline