Lihat ke Halaman Asli

Nur Shabrina Rahmahsari Suyono

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Permintaan dan Penawaran Konsumen pada Bahan Pangan yang Mempengaruhi Sektor Ekonomi di Jawa Timur

Diperbarui: 11 Juli 2021   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekonomi.bisnis.com

Permintaan merupakan jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen pada keadaan, waktu, dan harga tertentu. Adapun hukum permintaan yang berlaku pada konsumen yaitu apabila harga barang naik, maka jumlah permintaan akan turun, dan sebaliknya.

Kinerja ekonomi di Jawa Timur saat ini memiliki perbaikan kinerja dari  sisi permintaan terutama didorong oleh konsumsi swasta dan net ekspor antar daerah. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan terutama bersumber dari kenaikan kinerja Lapangan Usaha utama yakni Industri Pengolahan, Perdagangan, serta Akomodasi dan Makan Minum mengalami dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Pada tahun 2020, PDRB Jawa Timur mengalami perubahan yang sangat jauh dibandingkan tahun lalu yang tumbuh mencapai 5,52%. Hal ini dapat terjadi perlambatan komponen permintaan akibat pandemi COVID-19 dan berdampak pada penurunan konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, investasi, dan net ekspor antar daerah. Pada saat ini permintaan masih sepi dan hal itu sangat berpengaruh terhadap harga pangan yang ikut tertekan. 

Permintaan kebutuhan pokok yang tidak tinggi seperti sebelum pandemi membuat harga di tingkat konsumen cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikkan yang segnifikan. Kondisi inilah yang akan berimbas terhadap penjualan di kalangan pedagang. Kondisi pasokan yang masih terjaga namun permintaan yang melambat membuat harga komoditas pangan di pasaran terus tertekan. Berdasarkan laporan yang dia terima, penjualan komoditas pangan turun di kisaran 50 sampai 60 persen.

Ketersediaan pangan yang rentan mengalami kenaikan seperti bawang merah dan cabai-cabaian pun disebut stabil meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa puncak musim kemarau jatuh pada Agustus-September ini. Meski demikian, hal ini tak memungkiri jika ada potensi kenaikan ketika pasokan mulai berkurang.

“Untuk mengantisipasi kondisi ini, Perseroan melakukan upaya membuka jaringan pemasaran di tempat-tempat yang belum dimasuki produk-produk Perseroan,” tulis perusahaan dalam laporan terkini mengenai dampak pandemi Covid-19. HOKI tercatat hanya membukukan penjualan sebanyak 1.575 ton sepanjang kuartal II, turun 93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 22.830 ton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline